KOMPAS.com – Keraton Yogyakarta tidak mengadakan Grebeg Maulud dan Sekaten guna menghindari klaster Covid-19 baru.
“Kedua upacara berpotensi mendatangkan massa. Sesuai anjuran pemerintah, sekarang ditiadakan,” kata Carik Tepas Museum Kraton Yogyakarta RA. Siti Amieroel N kepada Kompas.com, Sabtu (24/10/2020).
Meski tradisi menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW pada Kamis (29/10/2020) ditiadakan, sambung dia, prosesi tetap ada dengan dilakukan secara internal.
Baca juga: Sejarah, Peraturan Unik, dan Wisata Keraton Yogyakarta
Selain Grebeg Maulud dan Sekaten, ritual adat lain, seperti Miyos Gangsa dan Kondur Gangsa pun tidak dilakukan.
“Ada beberapa hal yang jadi peraturan di dalam keraton. Miyos Gangsa jatuh pada malam Jumat, jadi tidak diperkenankan membunyikan gamelan,” kata Amieroel.
Sama halnya dengan Miyos Gangsa, Kondur Gangsa pun tidak bisa dilakukan karena bertepatan pada malam Jumat.
Selanjutnya, parade prajurit yang biasa dilakukan pada akhir perayaan Sekaten, yakni Grebeg Maulud juga ditiadakan.
Miyos Gangsa dan Kondur Gangsa
Amieroel menambahkan, esensi Sekaten adalah syiar agama Islam yang dilakukan di masjid besar. Caranya adalah dengan “memiyoskan gangsa” atau mengeluarkan gamelan ke masjid tersebut.
“Supaya menarik perhatian orang-orang untuk datang ke masjid guna mendengarkan apa itu Islam, dan lain sebagainya. Menceritakan tentang riwayat Nabi Muhammad SAW,” imbuh dia.
Baca juga: Itinerary Weekend di Jogja, 1 Hari Sekitar Keraton Yogyakarta
Mengutip Antara, Senin (12/10/2020), Miyos Gangsa adalah proses keluarnya gamelan Sekaten, yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Nagawilaga dari Bangsal Ponconiti Keraton ke Masjid Gedhe Kauman.
Selanjutnya, penabuhan gamelan akan berlangsung sejak pagi hingga malam secara bergantian.
Prosesi itu tidak hanya untuk memeriahkan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi juga merupakan tradisi Sekaten.
Sementara itu, prosesi mengembalikan gamelan ke dalam keraton dinamakan Kondur Gangsa.
Dilakukan secara terbatas
Adapun, salah satu kegiatan yang paling dinantikan masyarakat sebelum pandemi adalah proses pembagian gunungan Grebeg Maulud.
Amieroel mengatakan, prosesi tersebut tetap dilakukan dengan melalui pengaturan terbaru dan secara terbatas.
“Sekarang, setelah didoakan, (gunungan) kita bagikan ke abdi-abdi dalem. Jadi tidak lagi diperebutkan,” ujar dia.
Amieroel melanjutkan, para abdi dalem kemudian bisa memberikan bagiannya kepada masyarakat.
Sebelum pandemi Covid-19, gunungan didoakan terlebih dahulu di masjid sebelum dibagikan dengan cara diperebutkan oleh masyarakat umum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.