"Ini dulunya adalah sekolah STOVIA yang juga di tempat ini lah tempat kelahiran organisasi pemuda pertama yaitu Boedi Oetomo," kata Ira.
Bangunan dengan bentuk persegi panjang ini melahirkan tokoh-tokoh penting bangsa di antaranya Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo, dan R. Soetomo. Ketiganya tercatat pernah mengemban ilmu di sana.
Tempat ini memiliki peran penting dalam pergerakan pemuda jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia.
Jelasnya, para pemuda di masa itu dididik untuk menjadi dokter guna menanggulangi wabah penyakit akhir abad 19.
"Pemerintah Kolonial Belanda membuat sekolah kedokteran pribumi, untuk akhirnya pribumi itu dikirim ke luar pulau Jawa. Karena yang tadinya jadi dokter itu, orang pribumi gak boleh, hanya orang-orang Belanda. Karena dokter-dokter Belanda menolak dikirim, maka dididiklah para pemuda pribumi untuk jadi dokter," tutur dia.
Pada masa itu, para pemuda yang bersekolah di STOVIA tak hanya menuntut ilmu. Ira mengatakan bahwa mereka juga berpolitik.
Ira menerangkan, saat itu Belanda memiliki aturan untuk politik etis, dalam arti memberikan balas jasa untuk tempat yang dijajah.
Baca juga: Cara Berkunjung ke Museum Kebangkitan Nasional Selama Era New Normal
"Sebenarnya sekolah itu bagian dari politik etis. Waktu itu di sekolah ini, mahasiswanya walaupun dibiayai Belanda, mereka akhirnya berpolitik juga, maka didirikan itu Boedi Oetomo, Jong Java, Jong Sumatera dan lainnya yang akhirnya berikrar di peristiwa Sumpah Pemuda," katanya.
Pergerakan pemuda itu juga sempat tak disukai pemerintah Belanda. Beruntung, mereka dilindungi oleh Direktur STOVIA yaitu Hermanus Frederik Roll yang mendukung pergerakan pemuda.
Maka patutlah napak tilas Sumpah Pemuda diawali dari Museum Kebangkitan Nasional yang melahirkan pergerakan pemuda-pemuda STOVIA.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.