Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liburan ke Gunungkidul, Saatnya Berfoto di Kebun Bunga Amarilis

Kompas.com - 29/10/2020, 15:17 WIB
Markus Yuwono,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

GUNUNGKIDUL,KOMPAS.com - Kabar baik bagi mereka yang libur panjang ke Yogyakarta. Itu karena bunga-bunga kebun amarilis yang ada di Kecamatan Patuk, Gunungkidul sedang bermekaran.

Amarilis merupakan bunga yang mekar setahun sekali. Tahun 2020 ini pun bunga amarilis cukup bagus mekarnya dibanding tahun lalu, karena curah hujannya bagus.

Dari pengamatan Kompas.com di sekitar Desa Salam, Kecamatan Patuk, tepatnya di sekitar jembatan Kali Pentung. Beberapa warga memiliki kebun bunga amarilis.

Bunga yang dikenal dengan nama lain Puspa Patuk itu kembali mekar serentak sejak beberapa hari terakhir.

Jika dilihat dari jalan Yogyakarta- Wonosari sebelum memasuki jembatan Kali Pentung, pemandangan sangat menakjubkan. Bunga amarilis hanya dapat bertahan selama 2-3 minggu.

Oleh karena itu, tak ada salahnya sejenak mampir di sana sebelum menuju pantai atau kawasan wisata untuk sekadar foto atau menikmati keindahan bunga berwarna oranye ini.

Harga tiket masuknya sangat terjangkau. Cukup membayar Rp 10.000, wisatawan dapat menikmati hamparan kebun bunga amarillis.

Bunga yang juga sering disebut lili hujan, bakung, atau bunga bawang itu tumbuh lahan seluas lebih kurang 2.000 meter persegi milik pasangan suami istri Sukadi dan Wartini.

Baca juga: Gunungkidul Buka Paket Wisata Murah, Harga Cuma Rp 100.000

Di sana, pengunjung diimbau untuk taat protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, tetap memakai masker dan menjaga jarak. Pengelola sudah menyediakan lokasi cuci tangan dan pengukur suhu.

"Pagi ini (Kamis) juga mulai padat. Tapi demi meminimalkan penyebaran virus corona, ada hal-hal khusus yang wajib dipatuhi secara bersama," kata Penjaga tiket masuk wisata Bunga Amarilis Patuk Mujiono, Kamis (29/10/2020).

Ia melanjutkan, kebanyakan pengunjung tidak berencana datang, tetapi terpesona dengan pemandangan hamparan bunga berwarna oranye itu. Mereka lalu memarkirkan kendaraan, turun, dan berfoto.

"Lokasi bunga amarilis berada di pinggir jalan, kami harus ekstra menjaga keselamatan bersama," ujar Mujiono.

Kebun Amrilis Milik Sukardi di Patuk, Gunungkidul Jumat (6/12/2019)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Kebun Amrilis Milik Sukardi di Patuk, Gunungkidul Jumat (6/12/2019)

Salah seorang petugas linmas di lokasi bernama Suyatno mengatakan tugasnya mengingatkan pengunjung agar tertib dan menjaga keindahan bunga amarilis, hingga memantau protokol kesehatan.

"Perlakuannya berbeda ya dibanding tahun-tahun sebelumnya (karena pandemi). Kami juga mengimbau pengunjung menjaga bunga agar jangan sampai rusak karena terinjak," kata dia.

Salah seorang pengunjung Gunawan mengaku sengaja datang bersama keluarganya. Putri semata wayangnya ingin berfoto dengan latar belakang bunga amarilis yang sedang mekar. 

Sejarah kebun bunga Amarilis di Gunungkidul

Tahun 2019 lalu, Kompas.com sempat mewancarai pemilik kebun bunga Amarilis bernama Sukadi.

Saat itu, kebun bunga amarilisnya sempat menghebohkan netizen pada 2015 karena dinjak-injak pengunjung yang ingin berswafoto.

Sebagai orang pertama yang mengumpulkan umbi sejak tahun 2002 lalu, dia bersama istrinya Wartini bercerita tentang perjuangannya menyelamatkan bunga yang juga dikenal sebagai Puspa Patuk dan Brambang Procol.

"Dua tahun setelah menikah, tepatnya tahun 2002 saya berpikiran menyelamatkan tanaman yang dianggap gulma oleh masyarakat," kata Sukadi.

Sukadi dan Wartini orang yang pertama Mengembangkan Bunga Amarilis ditemui di Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul Jumat (6/12/2019)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Sukadi dan Wartini orang yang pertama Mengembangkan Bunga Amarilis ditemui di Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul Jumat (6/12/2019)

Umbi-umbi amarilis yang dibuang warga karena dianggap gulma ia punguti dari warga sekitar, di sela pekerjaannya sebagai penjual sayuran dan mainan anak.

"Sempat berjualan bibit amarilis di pinggir jalan (Yogyakarta-Wonosari) itu tahun 2003. Waktu itu sebulan berjualan hanya mendapatkan Rp125.000. Orang melirik saja tidak mau," kata dia. 

Setelah bertahun-tahun, tepatnya pada 2013, uang hasil bekerja sebagai penjual mainan digunakan untuk membeli umbi dari petani.

Baca juga: South Shore di Gunungkidul, Ada Infinity Pool Tepi Pantai

Waktu itu dirinya berhasil mengumpulkan 2 ton bibit. Tahun 2014 usianya satu tahun mulai bisa tumbuh dan pada 2015 bisa mekar bersamaan kemudian viral di media sosial.

Saat itu, Sukadi tak menyangka kebun bunganya menjadi viral, sehingga tidak mempersiapkan jalur wisatawan.

"Awalnya keinginan saya itu hanya menyelematkan tanaman gulma ini. Tahun 1970 an tanaman ini banyak dijumpai, bahkan sampai ke pelosok, tetapi oleh petani dibabat habis. Tidak kepikiran mau jadi seperti saat ini," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

Travel Update
8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

Travel Tips
Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

Travel Update
Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

Travel Update
Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

Travel Update
Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com