Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efisiensi Jadi Kunci Hotel dan Restoran untuk Bertahan

Kompas.com - 08/11/2020, 11:01 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran, mengambil langkah yang efisien bisa jadi kunci bagi hotel dan restoran untuk bertahan selama pandemi Covid-19.

“Mengurangi biaya utilitas, listrik ini paling menggerus. Ada lagi gas dan seterusnya,” kata dia saat menjadi narasumber dalam sesi webinar “Strategi Pemulihan ‘Bounce Back Quickly’Pariwisata di Masa Pandemi”, Rabu (3/11/2020).

Baca juga: PHRI: Dana Hibah Pariwisata untuk Bertahan Hidup

Tak itu saja, hotel dan restoran juga bisa menutup sebagian fasilitasnya yang tidak berfungsi berhubungan dengan tidak adanya permintaan untuk sementara waktu.

Menurut dia walaupun hotel dan restoran tersebut beroperasi, tapi tidak semua fasilitas mereka sediakan. Misalnya, ballroom hotel ada yang belum dioperasikan.

“Kamarnya yang 300 sekarang diaktifkan 100 saja karena sekarang kita main di okupansi yang rendah. Masih 20-30 persen rata-rata secara nasional,” ujar Maulana.

Ilustrasi Pariwisata IndonesiaDokumentasi Biro Komunikasi Kemenparekraf Ilustrasi Pariwisata Indonesia

Sementara untuk promosi, hotel dan restoran akan cenderung memanfaatkan media promosi digital, seperti media sosial untuk menghemat biaya.

Namun menjalankan strategi efisiensi itu bukan tanpa akibat. Beberapa dampak bahkan dirasakan cukup berat oleh pengelola, salah satunya dari segi tenaga kerja.

Para pekerja hotel khususnya dituntut untuk bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus atau multitasking karena jumlahnya sedikit.

Baca juga: Pengunjung Pura Ulun Danu Bali Capai 5.000-an Selama Libur Panjang

“Makanya kemarin saya dengar seperti kejadian contoh di Bali ada yang kelabakan juga hotel dalam melayani breakfast dan sebagainya,” terang Maulana.

Pasalnya kondisi akan sangat sulit untuk diprediksi. Hotel tidak tahu kapan okupansi akan melonjak atau menurun lagi, sehingga tidak bisa mempersiapkan tenaga kerja yang tepat.

Dengan adanya tren transportasi jalur darat, kata Maulana, reservasi para wisatawan tidak akan sama seperti ketika mereka menggunakan transportasi udara.

Banyak wisatawan yang kemudian melakukan reservasi satu hari sebelumnya atau bahkan last minute di hari ketika mereka akan datang. Hal itu membuat hotel membutuhkan lebih banyak daily worker ketika sewaktu-waktu terjadi lonjakan okupansi yang tidak bisa diprediksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com