Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

VIWI Board Jamin Protokol Kesehatan Tetap Ketat Kalau PSBB Dicabut

Kompas.com - 17/11/2020, 11:01 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Asosiasi pariwisata Visit Wonderful Indonesia (VIWI) Board menegaskan bahwa sektor pariwisata akan menjaga protokol kesehatan tetap ketat jika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) DKI Jakarta benar-benar dicabut.

Sebelumnya, pemilik usaha di sektor pariwisata yang ada di bawah VIWI Board sepakat untuk meminta pemerintah DKI Jakarta agar mencabut kebijakan PSBB karena banyak inkonsistensi dalam penerapannya.

Ketua VIWI Board Hariyadi Sukamdani menegaskan bahwa VIWI Board akan mengawasi penerapan protokol kesehatan di sektor parwisata agar berjalan dengan baik dan benar.

Baca juga: Asosiasi Pariwisata Minta PSBB Jakarta Dicabut, Ini Alasannya

“Artinya dalam hal pengawasan itu, kita akan melihat. Kalau pengunjung sudah tidak disiplin, tentunya kami akan tegus,” tegas Hariyadi dalam konferensi pers online “Sikap Pelaku Pariwisata Atas Berakhirnya Secara De Facto PSBB Transisi di Jakarta”, Senin (16/11/2020).

Menurut dia, bidang ekonomi, dalam hal ini sektor pariwisata dan kesehatan dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 bisa berjalan berdampingan.

“Ini kan menyangkut bagaimana kita disiplin saja. 3M terus protokol kesehatan. Itu semua dijalankan ya tidak ada masalah,” sambung dia.

Ia juga memberi contoh negara Swedia yang belum pernah sama sekali menjalankan lockdown. Namun karena warganya menerapkan protokol dengan disiplin, maka angka kasusnya bisa ditekan dengan baik.

Pengecekan suhu tubuh di Hotel Kusuma Agrowisata Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (12/11/2020).KOMPAS.COM/ANDI HARTIK Pengecekan suhu tubuh di Hotel Kusuma Agrowisata Kota Batu, Jawa Timur, Kamis (12/11/2020).

Pun dengan Turki yang sudah membuka kembali pariwisata mereka sejak Juni 2020. Hariyadi mengatakan bahwa di Indonesia, masalahnya selama ini ada di masyarakat yang tidak disiplin dan dibiarkan begitu saja oleh pemerintah.

Protokol yang ketat di tempat wisata

Senada dengan Hariyadi, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan bahwa selama ini protokol kesehatan selalu jadi perhatian utama.

“Hippindo dari Maret itu sudah kami buat protokol kesehatan yang sangat ketat karena kami tahu kesehatan itu yang nomor satu,” tutur Budihardjo dalam kesempatan yang sama.

Salah satu tuntutan VIWI Board selain pencabutan PSBB adalah pencabutan kebijakan terkait pembatasan pengunjung dan jam operasional. Kebijakan tersebut salah satunya dinilai sangat memukul kondisi sektor yang dibawahi Hippindo.

Baca juga: Penerapan Protokol Kesehatan Diyakini Dongkrak Kunjungan Wisatawan

Mulai dari jumlah pembatasan pengunjung ke pusat permainan, salon, mal, hingga dilarangnya dine-in di restoran.

“Harapan kami adalah kembali ke normal supaya kita bisa segera aplikasikan protokol kesehatan yang sudah kita investasikan dengan rapi baik itu protokol dan peralatannya,” papar Budihardjo.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Direktur Utama Taman Safari Tony Sumampau. Ia bahkan sempat menyebut bahwa protokol kesehatan yang diaplikasikan di tempat wisata miliknya begitu ketat. Bahkan bisa dibilang lebih ketat dibanding Malaysia dan negara lain.

Mulai dari pemeriksaan suhu, kapasitas pengunjung yang dibatasi, sampai pelarangan pengunjung yang berusia di bawah 9 tahun dan di atas 60 tahun untuk masuk ke tempat wisata.

Suasana di Senayan Park Mall, Minggu (15/11/2020).KOMPAS.com/Ihsanuddin Suasana di Senayan Park Mall, Minggu (15/11/2020).

“Sangat sulit (keadaannya) bahkan karena sudah gencar diisukan klaster Covid-19 itu datangnya dari tempat mal, berkumpulnya orang-orang. Wah sudah rusak lah. Padahal mau masuk di mal saja sudah diperiksa dari awal,” jelas Tony.

Oleh karena itu, ia meminta PSBB jangan dilanjutkan lagi karena penerapan protokol kesehatan yang rapi sudah dijalankan.

Fleksibilitas protokol

Hariyadi menjamin jika PSBB sudah benar-benar dicabut tak serta merta membuat para pelaku usaha abai dengan protokol kesehatan. Akan ada penyesuaian yang dilakukan terkait protokol kesehatan yang diterapkan.

Salah satunya ia mencontohkan terkait sektor hotel yang menerima acara pernikahan.

“Kan kita bisa atur misalnya orang itu mau tamu 1.000. Kapasitas kita hanya muat 400. Ya kita bikin ada tiga shift, diatur jamnya. Semua itu bisa,” terang Hariyadi.

Baca juga: 5 Perbedaan Wisata Ancol antara PSBB Transisi Jilid 2 dan 1, Apa Saja?

Keadaan seperti ini berbeda dengan ketika PSBB masih dijalankan di mana semua kegiatan seperti itu tidak boleh dilakukan.

“Jadi maksud kami tetap kita melakukan seluruh protokol kesehatan dengan baik, tapi lebih fleksibel,” sambung dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com