Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Landmark Kota Jenewa di Swiss, Awalnya Kesalahan Teknis

Kompas.com - 22/11/2020, 17:05 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Kota Jenewa dikenal sebagai pusat diplomasi global lantaran menjadi tempat di mana Konvensi Jenewa terjadi.

Kendati demikian, Jenewa memiliki hal unik lainnya, yakni Jet d’Eau yang merupakan salah satu landmark paling populer di sana.

“Ada jet air yang bisa muncrat sampai ketinggian lebih dari 28 meter. Ini untuk mengelola air yang ada di danau Jenewa saat musim panas supaya jadi tenaga pendingin hotel-hotel bintang tiga,” kata Tour Leader Jonny Ivo Kwok.

Baca juga: Glalcier 3.000, Salah Satu Tempat Bermain Salju Terbaik di Swiss

Hal tersebut dia sampaikan dalam acara Live Instagram Kompas.com Travel Talk “Wisata Swiss, Nikmati Alam Memesona”, Rabu (18/11/2020).

Ivo melanjutkan, air yang telah dikelola melalui Jet d’Eau digunakan sebagai pendingin ramah lingkungan saat musim panas, sehingga AC tidak menggunakan listrik.

Melansir Houseofswitzerland.org, meski wisatawan kerap berkunjung ke Jet d’Eau untuk melihat keindahannya, ternyata pancuran air tersebut tidak selalu menjadi atraksi wisata.

Bermula dari kesalahan teknis

Jet d’Eau dengan semburan air setinggi 140 meter dari tepi danau Eaux-Vives merupakan ikon yang melambangkan ambisi dan vitalitas kota dan sudah ada sejak abad ke-19.

Anggota departemen lingkungan di Services Industriels de Geneve (SIG) yang mengoperasikan Jet d’Eau, Herve Guinand, mengatakan bahwa air mancur tersebut muncul karena kesalahan teknis.

Jet dEau pertama yang terletak di le Coulouvrenière, Swiss.https://www.houseofswitzerland.org/ Jet dEau pertama yang terletak di le Coulouvrenière, Swiss.

“Agak kebetulan ada jet air di Jenewa,” ujar dia, mengutip Houseofswitzerland.org.

Kala itu pada 1886, Jenewa tengah berkembang dengan pesat. Dari hanya 64.000 penduduk pada 1850, populasi berkembang hingga 100.000 pada 1890.

Hal ini membuat kota membutuhkan energi untuk menggerakkan mesin yang menjalankan industri dan perdagangan. Alhasil, pabrik hidrolik di le Couluvreniere pun dibangun.

Guinand menjelaskan, pompa hidrolik memanfaatkan air untuk menyalakan mesin, terutama pada bengkel pembuatan jam.

Baca juga: Liburan ke Titlis di Swiss, Ada Jembatan Gantung Tertinggi di Eropa

Namun, para perajin berhenti bekerja pada malam hari. Tekanan berlebihan yang menumpuk dalam sistem membuat para ahli mesin di Coulouvreniere harus buru-buru menghentikan pompa satu per satu.

Katup pengaman pun segera ditambahkan untuk mengontrol tekanan yang membuat pompa menyemburkan air yang pada saat itu hanya setinggi 30 meter dan terjadi pada malam hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com