Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemangkasan Cuti Bersama Tak Berdampak Signifikan pada Travel Agent

Kompas.com - 25/11/2020, 18:20 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Ada atau tidaknya cuti bersama pada akhir tahun 2020 dinilai tak memiliki dampak signifikan pada travel agent.

Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (ASTINDO) Pauline Suharno.

Pasalnya, para wisatawan yang berlibur selama masa pandemi ini belum memanfaatkan jasa travel agent secara maksimal.

“Karena musim pandemi kayak gini kan kebanyakan masyarakat ketika melakukan perjalanan itu secara individual. Lalu juga secara family, small group, atau mini group,” kata Pauline ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (25/11/2020).

Baca juga: Catat, Jadwal Libur Akhir Tahun 2020

Para wisatawan cenderung membeli tiket pesawat atau pun voucher hotel dan fasilitas liburan lainnya secara mandiri.

Baik secara online ataupun langsung ke masing-masing penyedia jasa. Tidak lagi melalui travel agent.

Berdampak pada sektor pariwisata

Hal tersebut ia kaitkan dengan periode libur panjang di akhir Oktober 2020. Menurutnya, saat itu sektor travel agent memang tak mengalami dampak yang cukup signifikan dari adanya libur panjang.

“Ada peningkatan tapi sedikit sekali, enggak signifikan,” ujar dia.

 

Suasana kepadatan kendaraan dari arah Garut dan Tasikmalaya menuju Gerbang Tol Cileunyi terjadi di Cipacing, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (1/11/2020). Kepala Bagian Operasi Korps Lalu Lintas Polri Komisaris Besar Rudi Antariksawan mengatakan, puncak arus balik libur panjang cuti bersama menuju Jakarta di berbagai daerah akan terjadi pada Minggu (1/11/2020) malam ini.ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI Suasana kepadatan kendaraan dari arah Garut dan Tasikmalaya menuju Gerbang Tol Cileunyi terjadi di Cipacing, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (1/11/2020). Kepala Bagian Operasi Korps Lalu Lintas Polri Komisaris Besar Rudi Antariksawan mengatakan, puncak arus balik libur panjang cuti bersama menuju Jakarta di berbagai daerah akan terjadi pada Minggu (1/11/2020) malam ini.

Sedikit berbeda dengan jasa travel agent, Pauline mengatakan jika melihat ini dari sisi sektor pariwisata pada umumnya tentu saja cukup berdampak.

“Industri pariwisata secara keseluruhan demand-nya meningkat. Terus hotel juga okupansinya sudah mulai bagus, sudah banyak orang keluar kota. Atraksi, destinasi, sudah mulai banyak dikunjungi,” terang dia.

Sehingga jika memang pemangkasan cuti bersama untuk akhir Desember 2020 benar-benar dilakukan, pasti akan berdampak cukup berat bagi industri pariwisata pada umumnya.

Pasalnya momen libur panjang jadi salah satu momentum bagi industri pariwisata untuk setidaknya mendapatkan sedikit penghasilan untuk bisa bertahan sedikit lebih lama lagi.

Pemangkasan tak akan hentikan mobilisasi

Namun menariknya, Pauline menjelaskan bahwa jika pemangkasan cuti bersama ini tetap dilakukan maka sebenarnya tak akan terlalu mempengaruhi mobilisasi masyarakat untuk liburan.

Baca juga: Tanggapan Asosiasi Soal Wacana Libur Panjang Ditiadakan

“Menurut kami libur panjang ini dengan atau tanpa cuti bersama sudah dimanfaatkan masyarakat memang untuk melakukan perjalanan,” papar Pauline.

Maksudnya, walaupun tak ada libur panjang karyawan swasta masih tetap bisa mengajukan cuti untuk liburan akhir tahun. Pun dengan anak-anak sekolah. Mereka sudah memasuki masa libur sekolah dan tak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah.

 

Ilustrasi liburan terencana Dok. PegiPegi Ilustrasi liburan terencana

Sehingga walaupun mereka harus tetap masuk sekolah, dengan adanya pengajaran jarak jauh (PJJ) ini memungkinkan anak-anak untuk bersekolah dari mana saja. Bahkan sambil liburan.

“Apalagi kalau mereka sudah merencanakan perjalanan ya pergi-pergi saja. Mau cuti bersama atau enggak cuti bersama itu enggak ada dampaknya,” imbuh Pauline.

Sarankan contact tracing

Perihal tujuan pemangkasan cuti bersama tersebut, Pauline menyetujui bahwa langkah ini mungkin bisa saja jadi cara untuk memutus mata rantai Covid-19.

Namun ia mempertanyakan perihal dugaan-dugaan yang menyebut peningkatan kasus positif selama beberapa waktu belakangan ini memang benar-benar terjadi pada wisatawan yang bermobilisasi ke luar daerah saat libur panjang akhir Oktober.

“Apakah mereka (pasien positif) melakukan perjalanan waktu Oktober kemarin? Itu maksudnya. Jadi jangan disalahkan long weekend yang bikin kasus (meningkat). Dicek apa enggak apa orang-orang ini memang keluyuran pas long weekend,” jelas Pauline.

Menurut dia, bisa jadi peningkatan tersebut bukan disebabkan mobilisasi masyarakat yang keluar daerah saat long weekend.

Bukan tidak mungkin, kata dia, pasien tersebut tidak keluar rumah sama sekali tapi mengadakan perkumpulan dengan banyak orang di rumahnya yang akhirnya jadi klaster baru.

“Jadi pemerintah harus mengecek apakah benar gara-gara long weekend. Itu bisa untuk menentukan langkah yang paling tepat seperti apa. Agar solusinya enggak hanya pemangkasan saja tapi enggak ada solusi buat pengusaha,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com