Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Pemangkasan Cuti Bersama Tidak Perlambat Laju Infeksi

Kompas.com - 25/11/2020, 20:21 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Wacana pemangkasan cuti bersama pada akhir tahun 2020 yang digulirkan pemerintah dinilai tak akan berdampak signifikan terhadap perlambatan laju infeksi Covid-19.

Hal itu diungkapkan oleh epidemiolog kolaborator saintis LaporCOVID Iqbal Elyazar.

“Pertama, karena tetap ada liburan Natal dan Tahun Baru di mana orang masih akan tetap berupaya untuk menambah liburan. Apalagi untuk orang-orang yang bukan PNS (pegawai negeri sipil),” kata Iqbal pada Kompas.com, Rabu (25/11/2020).

Karyawan swasta bisa dengan leluasa mengambil cuti untuk menambah hari libur mereka di antara libur Natal dan Tahun Baru tersebut. PNS pun, kata Iqbal, bisa saja mengambil cuti sesuai kebutuhan dan ketentuan. Pasalnya tidak ada larangan terkait pengambilan cuti.

Baca juga: Survei: 75 Persen Orang Indonesia Berencana Liburan Akhir Tahun 2020

“Sama halnya tidak ada larangan, sanksi, hambatan untuk pulang kampung atau mudik atau mengunjungi tempat-tempat hiburan atau wisata selama periode dua minggu tersebut,” terang Iqbal.

Maka dari itu, Iqbal menilai bahwa wacana pemangkasan cuti bersama yang tak dibarengi dengan larangan tegas dari pemerintah terkait mobilisasi masyarakat tidak akan efektif dan terkesan sia-sia.

 

Satgas Covid-19 Cianjur, Jawa Barat menggelar rapid test dan operasi yustisi di sejumlah objek wisata di kawasan Puncak, Sabtu (31/10/2020) dalam momen libur panjang pekan ini.KOMPAS.com/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Satgas Covid-19 Cianjur, Jawa Barat menggelar rapid test dan operasi yustisi di sejumlah objek wisata di kawasan Puncak, Sabtu (31/10/2020) dalam momen libur panjang pekan ini.

Solusi untuk periode libur panjang

Menurut Iqbal, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah di periode libur panjang akhir tahun ini jika memang tujuannya untuk memutus mata rantai Covid-19.

Pertama adalah tindakan preventif seperti biasanya, yakni ketentuan pemakaian masker yang diperketat, menghindari atau mencegah terjadinya acara yang bisa menimbulkan kerumunan.

Termasuk pengurangan mobilitas, meminimalisasi perjalanan dinas, meminimalisasi pertemuan offline, dan masih banyak lagi.

“Ada kecenderungan bahwa kegiatan pemerintahan dalam ruang dan perjalanan dinas sedang gencar-gencarnya selama bulan-bulan akhir tahun. Klaster-klaster di lembaga pemerintahan banyak juga,” tutur dia.

 

Seorang pengunjung kawasan Puncak saat diperiksa suhu tubuhnya oleh Satgas Covid-19 di check point Seger Alam Puncak Pass, Cianjur, Jawa Barat, Kamis (29/10/2020).KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Seorang pengunjung kawasan Puncak saat diperiksa suhu tubuhnya oleh Satgas Covid-19 di check point Seger Alam Puncak Pass, Cianjur, Jawa Barat, Kamis (29/10/2020).

Pasalnya, tindakan pengendalian pandemi ini sifatnya tidak bisa dilakukan hanya dalam jangka pendek saja. Diperlukan tindakan yang berlangsung dengan tegas, ketat, dan dalam jangka panjang.

“Pembatasan setengah hati sama saja dengan tidak mau melakukan apa-apa. Jadi saran saya adalah lupakan saja wacana mau mengurangi liburan akhir tahun,” tegas Iqbal.

Ia menyarankan pemerintah untuk bisa meningkatkan jumlah test harian. Peningkatannya berkisar 10-30 kali lipat dari yang dilakukan sekarang.

Baca juga: Asosiasi Usul Random Test Rapid Diganti Swab Antigen Saat Libur Akhir Tahun

Tes yang dilakukan harus dengan diagnosis yang akurat di setiap daerah atau tujuan kunjungan. Tes yang dimaksud adalah tes antigen dan/atau test swab.

Menurut Iqbal, jika masih menggunakan tes berbasis antibodi nantinya malah tidak berguna karena hanya menunjukkan bahwa orang-orang tersebut pernah terinfeksi.

Tes berbasis antibodi, kata dia, malah bisa membuat orang-orang yang tidak reaktif jadi semakin rawan terpapar.

Selain meningkatkan jumlah tes, Iqbal juga mengimbau pemerintah untuk menerapkan sanksi sosial atau dengan dengan ketat. Pemerintah sebaiknya melarang mobilisasi antar daerah dan memberi imbauan untuk masyarakat tetap berada di rumah saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com