Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Libur Panjang Dipangkas, Tak Terlalu Pengaruhi Penyebaran Covid-19

Kompas.com - 03/12/2020, 10:10 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemerintah resmi memangkas libur panjang selama tiga hari pada 28-30 Desember 2020 guna menekan angka penyebaran Covid-19 yang masih belum landai.

Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Hermawan Saputra mengatakan bahwa pemangkasan hari libur tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam menurunkan penyebaran Covid-19.

“Ada pengaruh sedikit, tapi tidak signifikan. Libur diperpendek, antusias masyarakat untuk liburan berkurang, tapi dikit,” katanya kepada Kompas.com, Rabu (2/12/2020).

Baca juga: Libur Akhir Tahun Dipangkas, Contek Itinerary Roadtrip ke Bogor, Purwarkarta, Bandung

Menurutnya, beberapa masyarakat akan tetap berlibur, meski waktu libur panjang sudah diperpendek.

Bahkan, Hermawan mengatakan ada kemungkinan Desember menjadi puncak berwisata dibandingkan periode libur panjang Mei 2020.

Guna menghadapi lonjakan wisatawan serta meningkatnya Covid-19 karena masih ada wisatawan yang hendak berlibur, menurut Hermawan pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur masyarakat.

“Yang jauh lebih penting adalah bagaimana pemerintah benar-benar mengurai masyarakat agar mereka tidak berkerumun di tempat wisata,” tuturnya.

Baca juga: Catat, Jadwal Terbaru Libur Akhir Tahun 2020 Setelah Dipangkas

Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan langkah 3T yakni testing, tracing, dan treatment.

Selain memperbanyak fasilitas kesehatan, penempatan sumber daya manusia, peralatan, serta layanan perawatan yang bermutu, berkualitas, dan memadai merupakan hal yang penting.

“Kalau pemeriksaan terlambat, ada potensi tidak terdeteksi dan tidak terlapor. Banyak kasus seperti fenomena bongkahan es. Fenomena di bawah jauh lebih besar dari data yang ada,” pungkasnya.

Lonjakan kasus Covid-19 pada Mei

Melansir Kompas.com, Kamis (5/11/2020), libur panjang dari cuti bersama pada Mei menyebabkan adanya kenaikan kasus Covid 63-90 persen, diduga dari masyarakat yang melakukan kegiatan wisata.

Banyaknya masyarakat yang bepergian selama cuti bersama dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang meninggalkan DKI Jakarta sebanyak 655.365 kendaraan.

Ilustrasi wisatawan Indonesia.shutterstock.com/Nopphone_1987 Ilustrasi wisatawan Indonesia.

Melalui data tersebut, Hermawan menjelaskan, jika satu mobil terdiri dari minimal tiga orang, maka sudah ada sekitar dua juta orang keluar dari Ibu Kota untuk berlibur.

“Kalau rata-rata populasi positive rate adalah 10 persen minimal, walau keadaan nasional lebih dari itu yakni 13-14 persen, itu berarti ada 20.000 orang population at risk, berisiko tertular,” lanjut Hermawan, mengutip Kompas.com.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Rabu, situs Covid19.go.id melaporkan bahwa Indonesia saat ini memiliki 549.508 kasus Covid-19 yang terkonfirmasi.

Baca juga: Jumlah Wisman ke Sumut Naik, Mayoritas dari Malaysia

Sementara itu, sebanyak 13,4 persen atau 73.429 kasus dinyatakan aktif, 83,5 persen atau 458.880 dinyatakan sembuh, dan 3,1 persen atau 17.199 kasus dinyatakan meninggal.

Dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, DKI Jakarta memiliki jumlah kasus tertinggi yaitu 137.919 kasus Covid-19.

Kemudian Jawa Timur berada pada peringkat kedua dengan 62.313 kasus dan Jawa Tengah pada peringkat ketiga dengan 56.626 kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com