KOMPAS.com – Direktur MICE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Iyung Masruroh mengatakan, meeting, incentive, convention, dan exhibition (MICE) penting bagi pariwisata Indonesia
Hal itu karena MICE memiliki nilai tambah tersendiri dibandingkan wisatawan biasa pada umumnya.
Baca juga: Akhir Tahun, Nusa Dua Bali Disiapkan untuk Wisata MICE
“Setidaknya ada empat nilai tambah. Pertama adalah kontribusi terhadap infrastruktur publik,” ka Iyung dalam webinar Harian Kompas bertajuk “The Comebak Plan of MICE For 2021”, Kamis (10/12/2020).
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut empat nilai tambah dari diselenggarakannya MICE di Indonesia yang telah Kompas.com rangkum:
1. Pembangunan infrastruktur
Iyung menjelaskan, adanya MICE biasanya akan secara bersama-sama dibangun infrastruktur yang memenuhinya.
Tidak hanya itu, kegiatan tersebut juga membantu dalam peningkatan kemampuan para sumber daya manusia (SDM) yang bergelut dalam sektor pariwisata tersebut.
2. Terjadi perdagangan internasional
Selanjutnya, MICE meningkatkan kesempatan perdagangan internasional untuk pengusaha lokal. Menurut Iyung, UMKM sangat terdampak karena MICE tidak berlangsung selama pandemi Covid-19.
“Kesempatan untuk melakukan perdagangan internasional oleh pengusaha kecil selama ini sangat difasilitasi oleh ASPERAPI (Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia) dan anggotanya dengan melakukan pameran,” ujar dia.
Baca juga: Protokol CHSE Jadi Panduan Krusial Industri MICE di Era New Normal
Melalui pameran yang diikuti para pengusaha tersebut, mereka bisa menjalin koneksi dengan para konsumen internasional atau nasional yang hadir.
3. Meningkatkan citra Indonesia
Iyung mengungkapkan, digelarnya MICE di Indonesia mampu meningkatkan citra positif bagi Indonesia, industri, dan destinasi wisata.
“Kalau wisatawan yang datang adalah wisatawan leisure, memang akan berdampak terhadap ekonomi. Tetapi tidak secara langsung mengangkat citra,” imbuh dia.
Sebagai contoh, suksesnya Asian Games 2018 di Indonesia menurut Iyung membuat Nusantara sempat menjadi perbincangan yang cukup lama di kancah internasional, begitu juga dengan IMF World Bank 2018.