Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Pendakian Gunung Slamet Dibatasi Sampai Plawangan?

Kompas.com - 27/12/2020, 11:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.comPendakian Gunung Slamet via Bambangan yang telah dibuka selama new normal sejak Jumat (25/10/2020) membatasi pendakian hanya sampai batas aman di Plawangan.

Sebelumnya, para pendaki bisa mendaki melewati Plawangan menuju puncak Gunung Slamet. Lantas, kenapa saat ini pendakian Gunung Slamet via Bambangan dibatasi hanya sampai Plawangan?

Baca juga: Pendaki Gunung Slamet via Bambangan Hanya Bisa sampai Batas Aman

“Sesuai arahan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), radius aman pendakian 1KM dari kawah,” kata Ketua Pengelola Basecamp Pendakian Gunung Slamet via Bambangan Saiful Amri kepada Kompas.com, Sabtu (26/12/2020).

Dia melanjutkan, hal tersebut juga dilakukan lantaran secara kondisi kegempaan Gunung Slamet baru turun.

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Sabtu (10/10/2020), tingkat aktivitas gunung tersebut berada pada level normal sejak 9 September 2015.

Baca juga: 3 Pendaki Di-blacklist dari Gunung Slamet, Ada Apa?

Kendati demikian, tingkat aktivitas Gunung Slamet dinaikkan dari level normal menjadi waspada pada 9 Agustus 2019.

Adapun, peningkatan level dikarenakan adanya kenaikan aktivitas secara kegempaan dan deformasi yang cukup signifikan.

Antisipasi letusan freatik

Saiful mengatakan bahwa langkah yang dilakukan oleh PVMBG merupakan langkah antisipasi jika terjadi letusan freatik.

Pendaki di pinggir kawah Gunung Slamet, Jawa Tengah. Gunung Slamet merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia.KOMPAS.com / WAHYU ADITYO PRODJO Pendaki di pinggir kawah Gunung Slamet, Jawa Tengah. Gunung Slamet merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia.

“Untuk menjaga kemungkinan ada letusan freatik, langkah antisipasinya seperti itu. Dibuat batas aman,” jelasnya.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet Muhammad Rusdi kepada Kompas.com.

Baca juga: Perjalanan Menyusuri Kawah Gunung Slamet, Serasa Berada di Planet Mars

Meski status sudah normal, PVMBG tetap melarang warga beraktivitas dalam radius satu kilometer dari kawah puncak gunung.

“Potensinya adalah terjadinya erupsi freatik tanpa ada gejala vulkanik yang jelas, disertai lontaran material pijar yang ancamannya di sekitar puncak,” unkapnya, mengutip Kompas.com.

Apa itu letusan freatik?

Melansir Bobo, Sabtu (27/7/2019), letusan freatik juga dikenal dengan nama erupsi ledakan uap atau erupsi ultravulcan.

Letusan tersebut terjadi saat magma menghangatkan tanah atau air di permukaan, lalu menghasilkan ledakan air, uap, batuan, dan abu.

Baca juga: Taman Bunga Cantik di Kaki Gunung Slamet

Salah satu dampak dari letusan freatik bertepatan dengan keluarnya gas hidrogen sulfidan dan karbondioksida.

Apabila karbondioksida keluar dalam jumlah yang besar, seseorang dapat sesak napas. Sementara itu, keluarnya hidrogen sulfida dalam jumlah yang besar dianggap beracun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com