Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penambang Belerang Kawah Ijen Beralih Jadi Ojek Troli Wisatawan

Kompas.com - 31/12/2020, 08:15 WIB
Bagus Supriadi,
Kahfi Dirga Cahya

Tim Redaksi

 

Mulyadi awalnya seorang penambang belerang di kawah Ijen mulai tahun 2006. Namun, sejak troli diperbolehkan, dia memilih sebagai ojek troli wisatawan.

“Belerang sudah tidak memadai untuk dikerjakan bersama-sama,” aku dia.

Setiap hari Sabtu dan Minggu, Mulyadi selalu naik ke puncak kawah ijen mengadu nasib. Menawarkan jasa angkut pada wisatawan.

Baca juga: Tips Wisata ke Kawah Ijen di Banyuwangi

Bila tak mendapat penumpang, maka hanya mendapat rasa lelah. Karena sudah sampai di puncak ijen dan turun kembali tanpa mendapat penghasilan.

“Tergantung rejeki, belum tentu setiap naik dapat penumpang,” ujar dia. Namun, karena sudah tak punya pilihan pekerjaan lain. Mulyadi tetap bersemangat menawarkan jasa ojek troli.

Begitu juga dengan Junaidi, Warga Desa Kalipuro yang juga beralih dari penambang belerang menjadi tukang ojek troli wisatawan.

“Pilih ojek troli wisatawan biar lebih ringan, karena kalau nambang agak berat,” tutur dia.

Baca juga: 4 Wisata Alam di Banyuwangi, dari Kawah Ijen hingga Alas Purwo

Dia pernah menjadi penambang belerang selama empat tahun. Kemudian pindah memilih sebagai pengantar wisatawan dengan troli.

“Kalau nambang pasti dapat, kalau ojek troli masih cari tamu,” ucap dia.

Junaidi mengaku suka duka menjadi tukang ojek troli wisatawan hanya dua. Ketika mendapat penumpang, pulang pasti membawa uang.

Namun ketika tidak mendapat penumpang sama sekali, pulang dengan rasa lelah.

“Kalau enggak dapat tamu, lemas sudah,” ujar dia. Padahal, dia berangkat dari rumahnya sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Lalu pulang dari kawah ijen sekitar pukul 09.00 WIB.

Junaidi mengaku pekerjaannya terdampak pandemi Covid-19. Sebab, wisatawan yang mendaki berkurang, sehingga penghasilannya juga ikut berkurang. “Semoga Covid-19 bisa segera hilang,” tutur dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com