KOMPAS.com - Epidemiolog Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Hermawan Saputra menyarankan sejumlah pembenahan yang dapat dilakukan pengelola tempat wisata terkait kondisi WC di tempat masing-masing.
“Ada model WC komunal. WC komunal di beberapa sentra pariwisata bahkan terbuka tanpa atap. Sebenarnya esensinya bukan persoalan atapnya tapi sirkulasi udara,” kata dia kepada Kompas.com, Minggu (10/1/2021).
Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut Kompas.com rangkum delapan saran yang dapat dilakukan pengelola tempat wisata dalam memperbaiki kondisi WC di tempat masing-masing:
1. Punya sirkulasi udara yang baik
Hal paling penting dalam perbaikan area WC, baik itu area yang memiliki bentuk komunal atau area berbentuk deretan bilik WC, adalah sirkulasi udara yang baik.
Baca juga: TN Alas Purwo Buka Lagi, Wisatawan Tidak Perlu Rapid Test
Menurut Hermawan, jika area WC sangat tertutup, maka pengelola tempat wisata bisa menggunakan exhaust untuk mengatur udara segar agar setiap waktu teralirkan dengan baik.
2. Jarak antartempat pembuangan urin
Untuk area WC pria, Hermawan menyarankan agar setiap tempat pembuangan urin diberi jarak dan disekat.
3. Pembersihan area yang rutin
Langkah selanjutnya yang dapat diperbaiki adalah seberapa sering petugas kebersihan membersihkan area WC.
Kendati demikian, waktu pembersihan area WC bergantung pada intensitas keluar-masuk wisatawan yang berada di sana.
Baca juga: 7 Hotel di Malang yang Pas untuk Liburan Keluarga
“Kalau bisa memang setiap waktu. Kalau tidak mungkin, kembali lagi intensitas (wisatawan). Pembersihan misal 10 menit kalau intensitas tinggi,” jelas Hermawan.
Jika tidak tentu, sambung dia, bisa dua jam sekali. Namun kalau intensitas pengunjung rendah, bisa 3-4 jam sekali.
4. Jangan pakai sabun batang
Dalam penggunaan sabun, kata Hermawan ada baiknya pengelola tempat wisata menyediakan sabun cair dan bukan sabun batang.
Selain itu jika memungkinkan, sabun cair ditaruh dalam wadah yang memiliki sensor, sehingga pengunjung tidak perlu menyentuh wadah tersebut.
5. Gunakan keran air bergagang panjang
Sejumlah WC di tempat wisata memiliki keran air yang diputar. Hal ini mengharuskan wisatawan untuk menggunakan tangan guna mengeluarkan air.
Baca juga: WC Jongkok atau WC Duduk di Tempat Wisata, Mana yang Lebih Baik?
“Pegangan untuk keran kalau bisa yang bisa diputar dengan siku. Ada yang punya gagang panjang, bisa pakai siku. Untuk minimalkan bersentuhan langsung dengan fasilitas di dalam toilet,” imbuh Hermawan.
6. Punya penyaring alas kaki di pintu masuk
Supaya area WC bersih, baik itu yang komunal maupun bilik, Hermawan menyarankan agar pihak tempat wisata menyediakan penyaring alas kaki di pintu masuk.
Sebab, beberapa tempat wisata memiliki kemungkinan areanya becek dan membuat WC jadi kotor dari alas kaki yang digunakan oleh wisatawan saat memasukinya.
“Harus ada area penyaring supaya masuk WC enggak begitu jorok. Ada penyaring dari segi pijakan, atau ada air. Keset khusus juga bisa,” tuturnya.
Jika tidak memungkinkan, pengelola tempat wisata bisa menggunakan bahan-bahan lantai yang dapat menyerap atau menyaring kotoran, seperti tanah agar area WC tetap bersih.
7. Punya WC duduk dan WC jongkok
Menurut Hermawan, ada baiknya tempat wisata memiliki dua pilihan WC yaitu WC duduk dan WC jongkok agar wisatawan merasa nyaman.
“Ini berkaitan dengan kebiasaan dan budaya. Jangan sampai kita menyediakan WC duduk, tapi ada orang yang jongkok naikin kaki ke atas. Itu tidak sesuai dan malah akan merusak,” ujarnya.
8. Jangan taruh tempat sampah di dalam bilik WC
Sejumlah tempat wisata menaruh tempat sampah di dalam bilik WC, baik itu area WC komunal atau area WC yang hanya terdiri dari deretan bilik WC.
Untuk penempatan tempat sampah, ada baiknya posisinya tidak terlalu dekat dengan sumber air. Pasalnya, air yang masuk ke tempat sampah dan bercampur dengan isinya dapat menjadi sumber penyakit.
Baca juga: Cara Terbaik ke Yogyakarta: Naik Kereta, Pesawat, atau Road Trip?
“Kalau bisa tempat sampah kering. Bukan ada di dekat toilet dan terkena percikan air. Isinya bukan sampah malah air itu lebih berisiko secara kesehatan,” ucap Hermawan.
Ia pun tidak menyarankan tempat sampah di dalam bilik, kecuali area biliknya kering dan selalu dalam kondisi terawat, terawasi, dan terbersihkan setiap waktu.
Untuk penempatannya, Hermawan menyarankan agar pihak tempat wisata menaruhnya di pintu masuk. Selain itu, dia menyarankan agar tempat sampah dipisah khusus untuk sampah tisu dan non-tisu.
Usulan Luhut soal perbaikan kualitas WC
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomaves) Luhut Binsar Pandjaitan memberi usulan akan perbaikan sarana pendukung di lima destinasi super prioritas.
Baca juga: 6 Tempat Wisata di Sekitar Semarang yang Wajib Dikunjungi
“Soal-soal kecil seperti WC, itu juga saya kira perlu diperbaiki sehingga ketika orang datang ke spot itu tidak kapok,” katanya seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (9/1/2021), yang mengutip Antara, Sabtu.
Adapun, Luhut membahas hal tersebut dalam perbincangan soal persiapan pemulihan pariwisata pada masa pandemi Covid-19 dan wisatawan nusantara (wisnus) yang akan didorong kunjungannya.
Dalam persiapan pemulihan pariwisata, selain spot-spot turis termasuk kualitas suvenir dapat diperbaiki, dia juga meminta kualitas WC dibenahi, dan pembangunan hotel dikurangi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.