Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luhut Sampai Turun Tangan, Ini Pentingnya Kualitas WC di Tempat Wisata

Kompas.com - 12/01/2021, 14:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomaves) Luhut Binsar Pandjaitan memberi usulan terkait persiapan pemulihan pariwisata pada masa pandemi Covid-19.

Selain meminta pembangunan hotel di destinasi wisata dikurangi, Luhut juga meminta agar spot wisatawan dan fasilitas penunjang diperbaiki kualitasnya.

“Soal-soal kecil seperti WC, itu juga saya kira perlu diperbaiki sehingga ketika orang datang ke spot itu tidak kapok,” tegasnya dalam pemberitaan Kompas.com, Sabtu (9/1/2021).

Baca juga: Ini Tanggapan Epidemiolog Soal Saran Luhut untuk Perbaikan WC di Tempat Wisata

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Pariwisata Universitas Udaya I Gede Pitana mengatakan, toilet merupakan fasilitas penunjang yang teramat sangat penting sekali dalam industri pariwisata.

“70 persen orang turun dari pesawat, yang pertama dicari adalah toilet. Sekitar 60 persen orang di destinasi tempat wisata, seperti Ancol, Ubud, Kuta, dan sebagainya mencari toilet,” ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).

Adapun 60 persen wisatawan yang berada di destinasi tempat wisata selalu mencari toilet baik itu pada saat tiba, selama berwisata, maupun sebelum pulang ke rumah.

Baca juga: WC Jongkok atau WC Duduk di Tempat Wisata, Mana yang Lebih Baik?

Jika diibaratkan melalui perspektif pariwisata, menurut Pitana, toilet adalah etalase sebuah destinasi tempat wisata. Sebagai contoh, dia menceritakan soal rumah makan yang berkaitan dengan kondisi toiletnya.

Ilustrasi toilet pesawat.Dok. Traveller.com.au Ilustrasi toilet pesawat.

“Kalau pertama datang terus toiletnya bersih, maka makannya nyaman. Kalau belum pesan makanan, lihat toilet jorok, bisa dibayangkan pasti rumah makannya jorok maka makanannya tidak enak,” jelasnya.

Dengan kata lain, toilet juga dapat menggambarkan kondisi tempat wisata yang sedang dikunjungi wisatawan lantaran merupakan indikator kebersihan atau kualitas.

Baca juga: 8 Saran Epidemiolog Soal Perbaikan WC di Tempat Wisata

Pitana melanjutkan, saat ini bahkan ada World Toilet Organization yang menunjukkan bahwa toilet bukan sekadar bagian belakang dari suatu tempat.

“Selama ini dianggap bagian belakang, remeh-temeh, tidak ada yang lihat. Tapi, semua orang yang pertama datang (ke suatu tempat) akan cari toilet,” ujarnya.

Gerakan peningkatan kualitas toilet

Pitana menceritakan bahwa pada 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang dulunya bernama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) sempat memiliki gerakan untuk meningkatkan kualitas toilet.

Saat berada di bawah pimpinan Jero Wacik, mereka memiliki program lomba toilet bersih yang merupakan salah satu dari berbagai program pembinaan toilet.

“Dengan asumsi, toilet jadi indikator kebersihan atau kualitas sebuah destinasi wisata. Saya ingat waktu zaman Jero Wacik, dia tugaskan untuk lakukan berbagai program pembinaan toilet. Salah satunya dilakukan lewat lomba,” kata Pitana.

Baca juga: New Normal Pariwisata Indonesia: Toilet Bersih hingga Tim Rescue

Berdasarkan unggahan dalam Kemenparekraf.go.id, Senin (26/9/2011), mantan Menbudpar tersebut memberi penghargaan Sapta Pesona Award kepada pengelola toilet umum bersih di 20 bandara dan 20 kebun binatang.

Adapun pemberian penghargaan karena para pengelola menjadikan toilet sebagai prioritas utama dalam peningkatan kebersihan agar jumlah kunjungan dan kepuasan wisatawan meningkat.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

“Toilet umum bersih mencitrakan budaya dan jatidiri masyarakat Indonesia yang cinta terhadap kebersihan,” kata Jero Wacik, mengutip situs resmi Kemenparekraf.

Kebersihan bagian dari indeks daya saing pariwisata Indonesia

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Kamis (5/9/2019), kesehatan dan kebersihan merupakan salah satu dari pilar yang memengaruhi indeks daya saing pariwisata Indonesia.

Pada 2019, daya saing pariwisata Nusantara di dunia naik menjadi peringkat 40 setelah berada pada peringkat 42 pada 2017.

Data tersebut berdasarkan laporan The Travel & Tourism Competitiveness Report yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF).

Baca juga: Jangan Sembarangan, Ini 10 Etika Menggunakan Toilet Pesawat

Selain kebersihan, pilar lain yang dinilai adalah lingkungan bisnis, keamanan, kesehatan dan kebersihan, sumber daya manusia dan lapangan kerja, keberlanjutan lingkungan, dan lainnya.

Dari pilar-pilar tersebut, Indonesia berhasil meraih skor 4,3. Skala penilaian yakni 1 untuk terburuk dan 7 untuk terbaik.

Skor di atas 5 yang diperoleh Indonesia adalah prioritas pariwisata. Pilar higienitas menjadi salah satu perbaikan yang dilakukan oleh Indonesia dan dinilai baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com