Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Kebijakan dalam Pengembangan Wisata Petualangan di Kawasan Konservasi

Kompas.com - 18/01/2021, 17:05 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

“Nanti semua pendaki akan kami berikan, kami pinjami, kami pasangkan gelang yang ada chip-nya RFID, sehingga kami dapat memonitor posisi pendaki untuk meminimalkan, misalnya pendaki hilang atau kendala lainnya. Jadi mendeteksi posisi dia di mana begitu,” ujar dia kepada Kompas.com.

4. Penetapan standar keselamatan pengunjung

Dalam penetapan standar keselamatan pengunjung, Nandang mengatakan bahwa pihaknya juga akan mengatur standar peralatan yang boleh digunakan.

“Peralatannya tentunya kita akan menolak kalau ada pengunjung yang tidak pakai sepatu mendaki, tidak bawa jaket, dan seterusnya,” sambung dia.

5. Penetapan kawasan wisata petualangan

Jika hendak melakukan wisata petualangan, aktivitas itu hanya diizinkan di area yang telah ditetapkan pengelola kawasan konservasi.

Adapun, penetapan kawasan wisata petualangan dilakukan dengan mempertimbangkan keselamatan pengunjung dan kerawanan kawasan.

“Yang terakhir saya kira kita sudah mulai harus tegas. Ada selebgram yang disanksi seperti di Rinjani, dua tahun tidak boleh berkunjung ke sana,” ujar Nandang.

6. Pertimbangan aspek berkelanjutan

Dalam mengembangkan wisata petualangan dan pengelolaan wisata alam, Nandang mengatakan bahwa pihaknya tidak luput dalam mempertimbangkan sejumlah aspek.

Baca juga: Mengenal Rute Ekspedisi Wallacea dalam Pola Perjalanan Wisata Adventure Indonesia

Mulai dari aspek konservasi, komunitas, dan komoditas secara berkelanjutan menurut dia tetap harus dipertimbangkan.

7. Kerja sama dengan obyek wisata di sekitar

Selama kuota wisatawan masih diterapkan, Nandang menuturkan bahwa rencananya akan ada konektivitas dengan obyek wisata di sekitar kawasan konservasi untuk mengalihkan kunjungan ke sana.

8. Jeda kunjungan diteruskan

Saat ini, sejumlah TN atau TWA berlakukan jeda kunjungan. Nandang mengatakan bahwa hal tersebut tetap akan dilakukan selama pengembangan wisata alam dan wisata petualangan.

“Jeda atau puasa kunjungan juga akan kita teruskan. Kenapa? Karena kita juga berasumsi, kawasan butuh beristirahat dari keramaian. Harapan kita dengan penutupan ini, alam diberikan kesempatan untuk pemulihan secara alami,” tutur dia.

9. Edukasi lebih lanjut kepada pengunjung

Kemudian, pihaknya juga akan gencar melakukan edukasi kepada pengunjung bahwa tempat yang mereka datangi adalah kawasan konsrevasi yang memiliki aturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com