KOMPAS.com – Epidemiolog Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Hermawan Saputra menegaskan bahwa masyarakat ada baiknya tidak liburan sebelum vaksinasi Covid-19.
“Kalau ditanya mana yang lebih baik, keluar rumah atau di dalam rumah, sudah pasti di dalam rumah saja,” katanya kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2021).
Menurutnya, pemahaman akan pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia dan kasus Covid-19 yang kian meningkat tidak hanya perlu dipahami oleh kepala keluarga namun juga anggota keluarga lain.
Baca juga: Epidemiolog: Setelah Vaksin Jangan Langsung Liburan
Selama Covid-19 belum landai, Hermawan menganjurkan agar masyarakat terus waspada dengan lingkungan termasuk dalam lingkup keluarga.
Meski begitu, Hermawan tidak menampik bahwa manusia juga butuh berwisata. Menurut dia, masyarakat tetap bisa berwisata namun lebih selektif.
“Kalau terbuka, misal area publik seperti waterboom, mal, area tertutup atau nonton bareng jangan,” tuturnya.
Baca juga: Jangan Jadikan Vaksin Indikator untuk Hapus Pembatasan Pengunjung Tempat Wisata
Namun jika wisatawan pergi ke Puncak misalnya, untuk menginap di satu penginapan yang hanya diisi oleh keluarganya, mereka tidak hanya dapat menikmati udara segar namun juga terjauh dari kerumunan.
Kendati demikian, mereka juga diimbau untuk selalu tetap waspada dan patuhi protokol kesehatan. Salah satunya jangan asal menyentuh fasilitas atau permainan anak publik.
“Tujuannya wisata keluarga yang tidak bercampur dengan keluarga lain yang tidak dikenal. Ini yang jadi catatan, agak selektif dalam pilihan tujuan wisata,” kata Hermawan.
Baca juga: Pengamat Penerbangan: Orang Tetap Naik Pesawat Walau Tidak Ada Vaksin
Dengan demikian, lanjut Hermawan, mendaki pun diimbau untuk jangan dilakukan. Meski merupakan kegiatan luar ruangan, namun seseorang masih akan bertemu dengan orang lain.
“Selama ada celah untuk berjumpa dengan orang lain, pasti ada potensi penularan. Mendaki baik karena terbuka, hanya saja kalau ramai-ramai dengan orang yang tidak dikenal akan menjadi masalah,” ucapnya.
Pakai kendaraan pribadi
Apabila destinasi wisata yang dituju menharuskan wisatawan menggunakan kendaraan publik seperti pesawat atau kereta, Hermawan juga menyarankan agar kegiatan wisata ditunda dulu.
Sebab, hal tersebut sama saja seperti saat seseorang berkunjung ke tempat wisata yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
“Hindari angkutan publik. Kalau mobil pribadi berisi satu keluarga, kemudian tujuannya ke tempat wisata alam seperti pantai, pegunungan yang punya penginapan untuk keluarga, itu boleh saja,” sambung Hermawan.
Dia kembali menegaskan agar calon wisatawan tidak asal menyentuh barang-barang di tempat publik, dan sebisa mungkin tidak berlibur sebelum pandemi Covid-19 berakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.