Canyoning pertama kali masuk dan dikenal di Indonesia pada 2009 karena dibawa seorang pegiat canyoning asal Perancis.
Pada saat itu, Abraham menceritakan bahwa warga Perancis tersebut datang untuk melakukan eksplorasi jalur canyoning di Bali dan Flores.
“Disusul 2010 dengan didirikan operator canyoning pertama di Indonesia. Lalu 2011, pertama kali pelatihan canyoning profesional di Indonesia,” katanya.
Sejak saat itu, wisatawan nusantara (wisnus) yang minat melakukan canyoning pun kian ramai. Hingga saat ini, wisata petualangan tersebut pun makin berkembang.
Baca juga: Pengembangan Wisata di Kawasan Konservasi, KLHK: Menuju Pariwisata Berkualitas
Abraham mengatakan bahwa berkembangnya minat terhadap canyoning dapat dijadikan peluang untuk mendorong semakin banyak wisatawan yang melakukan hal tersebut.
“Pada 2019 sudah meningkat menjadi tiga kali lipat. Ke depan akan terus meningkat,” tuturnya.
Peralatan canyoning yang mudah didapat
Meningkatnya peminat canyoning membuat peralatan penunjang kegiatan wisata petualangan tersebut semakin mudah dicari.
Abraham menceritakan bahwa pada saat kegiatan tersebut masih cukup asing terdengar di Indonesia, peralatan canyoning cukup sulit untuk dicari.
“Sekarang makin mudah membeli peralatan dengan semakin majunya industri peralatan petualangan. Dulu kalau mau nyari susah, sekarang sangat gampang di online shop,” imbuh dia.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan