Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata ke Gunungkidul, Jangan Lupa Beli Durian Kencono Rukmi yang Unik

Kompas.com - 24/01/2021, 18:06 WIB
Markus Yuwono,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

GUNUNGKIDUL,KOMPAS.com - Jika berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tepatnya di Kecamatan Patuk, akan banyak dijumpai penjual durian.

Namun jika tak begitu suka durian karena aromanya, tak ada salahnya mencoba durian dengan nama lokal Kencono Rukmi. Durian ini unik karena berbeda dengan durian lainnya. Sekilas, durian ini mirip buah lai asal Kalimantan.

Buah dengan daging berwarna kuning keemasan ini saat ini rasanya sedikit manis dan legit. Warna bijinya coklat tua dan baunya tidak begitu menyengat.

Bahkan, durian Kencono Rukmi diklaim cocok dikonsumsi oleh mereka yang mengalami hipertensi.

Baca juga: Pelaku Usaha Wisata di Gunungkidul Keluhkan Anjloknya Pengunjung Akibat PPKM

Kencono Rukmi ini kadar airnya sangat rendah dan dagingnya sangat pada. Buah ini tak banyak dijual pedagang karena memang pohonnya sudah jarang.

Salah satu warga warga Padukuhan Trosari, Kelurahan Salam, Kecamatan Patuk bernama Samiyo mengatakan, dari belasan pohon durian hanya satu yang jenisnya Kencono Rukmi.

Bentuk daun pohon jenis Kencono Rukmi pun sudah berbeda dengan pohon durian lainnya, yakni daunnya lebih besar dan lebar.

Bunganya juga berbeda dengan durian lain yang bewarna ungu. Sedangkan kulit bewarna kuning dengan bentuk buah sedikit lebih lonjong.

Samiyo Menunjukkan Buah Durian Kencono Rukmi di rumahnya di Patuk Gunungkidul Minggu (24/1/2021)KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO Samiyo Menunjukkan Buah Durian Kencono Rukmi di rumahnya di Patuk Gunungkidul Minggu (24/1/2021)

"Satu kelurahan hanya ada empat saja yang punya pohon Durian Kencono Rukmi," kata Samiyo saat ditemui di rumahnya, Minggu (24/1/2021).

Diakuinya tahun ini panen durian Kencono Rukmi cukup banyak dibanding tahun sebelumnya. Tahun lalu, satu pohon hanya bisa menghasilkan sekitar 25 buah.

Sementara tahun ini, pohon yang ditanam sejak tahun 1986 itu bisa menghasilkan sekitar 200 buah.

Durian Kencono Rukmi pun langsung diserbu para pembeli. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 40.000.

Baca juga: Penggemar Durian, Ada 20 Bukit Durian di Kebun Raya Bulo

"Dulu ndak laku. Baru sekitar lima tahun terakhir mulai diminati banyak orang. Termasuk pembeli dari daerah lain, sampai Jawa Tengah pun ke sini," ujar Samiyo.

Selain dijual lapak di pinggir jalan Yogyakarta-Wonosari, Kencono Rukmi juga dijual secara online.

"Saya jual online, Alhamdulillah hasilnya lumayan," kata salah satu anak Samiyo yang bernama Erna.

Nama dari Sri Sultan HB X

Penewu atau Camat Patuk R Haryo Ambar Suwardi mengatakan, nama Kencono Rukmi diberikan oleh Gubernur DIY Sri Sultan HB X saat festival durian.

Saat itu, panen durian di kawasan Patuk cukup banyak, sehingga pihaknya bersama masyarakat berinisiatif menggelar festival durian.

Nama varietas diresmikan akhir 2012 lalu setelah mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Pertanian yang menetapkan Kencono Rukmi menjadi merek durian Gunungkidul.

Baca juga: Catat, Tempat Wisata di Gunungkidul Tutup Setiap Jumat

"(Kencono Rukmi) Buah durian khas Patuk karena memang banyak dijumpai di sini. Memang ada kemiripan dari daerah lain, tetapi rasanya lebih enak di sini," tutur Haryo

Menurut dia, rasa Kencono Rukmi tak seharum buah durian pada umumnya. Dagingnya tidak berair dan memiliki rasa cenderung kurang manis.

"Bagi yang ingin makan durian tetapi takut kolesterolnya naik bisa makan kencono rukmi," imbuh Haryo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com