KOMPAS.com – Sampah yang ada di Gunung Everest akan diubah menjadi karya seni dan ditampilkan di galeri seni terdekat.
Selain itu, produk karya seni akan dijual sebagai suvenir yang hasilnya akan digunakan untuk tujuan pelestarian.
Hal itu dilakukan guna menyoroti perlunya menyelamatkan gunung tertinggi di dunia itu agar tidak menjadi tempat pembuangan sampah sekaligus meningkatkan kesadaran lingkungan.
Selama ini, para pendaki atap dunia kerap membuang sampah pendakian berupa botol oksigen bekas, tenda robek, tali, tangga rusak, kaleng, hingga pembungkus plastik.
Baca juga: 7 Fakta Menarik Gunung Everest, Ada Ritual Pendakian
“Seniman asing dan lokal akan terlibat dalam menciptakan karya seni dari sampah dan melatih penduduk setempat untuk mengubah sampah menjadi harta karun,” kata direktur proyek tersebut, Tommy Gustafsson, dilansir dari reuters, Kamis (21/1/2021).
Pihaknya ingin menunjukkan bagaimana orang-orang bisa mengubah limbah padat dapat menjadi karya seni yang berharga sehingga bisa menghasilkan lapangan kerja dan pendapatan.
Melalui proyek tersebut, pihaknya berharap bisa mengubah persepsi masyarakat tentang sampah, sehingga mau mengelolanya.
Adapun pusat kegiatan tersebut berada di ketinggian 3.780 meter di Syangboche, jalur utama ke basecamp gunung berketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini.
Soft opening untuk penduduk setempat dilakukan pada musim semi karena pengunjung Everest dibatasi akibat pandemi Covid-19.
Nantinya, sampah yang dibawa turun dari Everest akan dikumpulkan di rumah-rumah di sepanjang jalan setapak, lalu dikelompokkan oleh masyarakat setempat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.