Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Jalannya Acara Perayaan Imlek?

Kompas.com - 11/02/2021, 13:31 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Guru Besar Program Studi China Universitas Indonesia Hermina Sutami mengatakan bahwa menjelang Hari Raya Imlek, orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu dan Buddha biasanya akan melaksanakan sembahyang pergantian tahun.

Baca juga: Apa Itu Imlek dan Mengapa Identik dengan Sembahyang?

“Sembahyang adalah bentuk dari terima kasih mereka kepada Thien (Tuhan). Ucapan tersebut juga harus dilambangkan dengan makanan,” kata dia saat ditemui Kompas.com, Selasa (21/1/2020).

Hermina melanjutkan, orang Tionghoa akan melaksanakan dua sembahyang untuk berterima kasih kepada Tuhan dan kepada leluhur. Selanjutnya, pemberian angpau dilakukan saat Imlek tiba.

  • Sembahyang kepada Tuhan

Dalam prosesi sembahyang kepada Tuhan, persembahan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu lauk, kue manis, dan buah-buahan akan disajikan di atas altar.

Namun, sambung Hermina, penyajian persembahan dilakukan tergantung dengan kondisi ekonomi keluarga yang merayakan.

Jika ekonominya berkecukupan, biasanya lauk yang dihidangkan akan mencapai 12 macam sementara jumlah kue dan buah-buahan akan lebih banyak dari biasanya.

Baca juga: Kue Keranjang untuk Sembahyang Imlek Punya Makna Berbeda

Untuk yang tidak berkecukupan, penyajian hidangan yang terlalu banyak tidak perlu dilakukan. Persembahan seperti nasi dan sayur yang berkuah pun dirasa cukup dan tidak masalah.

“Karena sembahyang merupakan tanda terima kasih (manusia kepada Tuhan), maka hal terpenting dari sembahyang adalah rasa terima kasih mereka. Itu yang utama,” imbuh Hermina.

  • Sembahyang kepada leluhur

Biasanya, di rumah orang Tionghoa beragama Konghucu juga akan ada sebuah altar sembahyang yang dinamakan meja abu. Letak meja altar berdampingan dengan altar untuk sembahyang kepada Tuhan.

Di atas meja abu, beberapa papan kayu bertuliskan nama para leluhur yang telah tiada dapat dilihat memiliki karakter China (aksara Han).

Jika dilihat dengan saksama, di depan papan-papan kayu tersebut juga terdapat foto dari leluhur mereka.

“Itu untuk membantu mereka yang tidak bisa membaca karakter China. Namun seharusnya sebagai seorang keturunan Tionghoa mereka dapat membaca karakter tersebut,” ujar Hermina.

Baca juga: Sembahyang Arwah Leluhur dalam Budaya Tionghoa, Apa Maknanya?

Untuk hidangan yang dipersembahkan saat sembahyang, kini hidangan telah mengalami akulturasi budaya China dengan budaya Indonesia.

Meski begitu, menu utama harus tetap menggunakan daging babi, ayam, dan ikan. Sementara hidangan lainnya berdasarkan apa yang disukai leluhur mereka.

“Kalau leluhurnya suka memakan mi pakai pete, ya keluarganya harus memasak itu untuk ditaruh sebagai persembahan,” sambung Hermina.

  • Pemberian angpau

Saat Hari Raya Imlek tiba, pemberian angpau dilakukan orangtua kepada anak-anak muda. Hermina mengatakan, tradisi ini sudah ada sejak zaman Dinasti Xia dan Dinasti Shang.

Dalam pemberian angpau, terdapat upacara yang dilakukan. Biasanya, para anak muda akan bersujud di hadapan orang tua.

“Rangkaian pemberian angpau biasanya di pagi hari perayaan Imlek sesudah para keluarga selesai mandi dan mengenakan baju baru,” ucapnya.

Baca juga: Tradisi Pemberian Angpau, Ternyata Ada Upacaranya Juga

Setelah membersihkan badan, anak-anak muda akan bersujud di hadapan nenek dan kakek (jika masih ada), kemudian bersujud di hadapan ayah dan ibu.

Untuk posisi duduknya, kakek dan nenek akan duduk bersebelahan dan dilanjutkan dengan ayah dan ibu.

Namun, ayah dan ibu harus sujud terlebih dahulu kepada kakek dan nenek sebelum duduk berdampingan.

Menjelang perayaan tahun baru China (Imlek) 2571, Pedagang pernak-pernik Imlek mulai memadati kawasan Pecinan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (14/1/2020). Berbagai macam dagangan seperti lampion, pakaian, bunga hiasan, dan angpau dijual dengan variasi harga yang berbeda.KOMPAS.com/M ZAENUDDIN Menjelang perayaan tahun baru China (Imlek) 2571, Pedagang pernak-pernik Imlek mulai memadati kawasan Pecinan Glodok, Jakarta Barat, Selasa (14/1/2020). Berbagai macam dagangan seperti lampion, pakaian, bunga hiasan, dan angpau dijual dengan variasi harga yang berbeda.

Selanjutnya, anak akan bersujud di depan kakek dan nenek. Setelah disuruh untuk bangun, mereka akan memberikan angpau dalam kertas merah.

Terkait upacara pemberian angpau, Hermina menjelaskan bahwa hal tersebut hanya dilakukan dalam keluarga. Sementara bagi kerabat lain yang berkunjung, mereka tidak perlu melakukannya.

Meski anak-anak muda diberikan angpau atau “yasui qian”, hanya anak kecil dan mereka yang masih belum menikah saja yang akan mendapatkannya.

Baca juga: Mengapa Saus Yu Sheng Harus Ditumpahkan Searah Jarum Jam?

“Sejauh dia belum menikah, maka dia masih dapat diberikan angpau. Kalau sudah menikah, maka dianggap sudah memiliki keluarga, jadi tidak perlu diberikan angpau lagi,” tutur Hermina.

Untuk jumlah uang yang diberikan, nominal berapa pun diperbolehkan asalkan jumlah uang tidak memiliki angka empat. Sebab, pelafalan angka empat (shi) dalam Bahasa Mandarin berarti “mati”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com