Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Sembahyang Leluhur dalam Perayaan Imlek?

Kompas.com - Diperbarui 21/01/2023, 17:22 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu biasanya melakukan sembahyang kepada leluhur menjelang Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh.

Dalam buku Hari-Hari Raya Tionghoa yang ditulis Marcus A.S terbitan Suara Harapan Bangsa, orang Tionghoa memiliki pepatah sebagai berikut:

Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya.

Apabila dikaitkan dengan kehidupan manusia, kehidupan yang tengah dijalani tidak akan ada jika tidak berasal dari leluhur.

Baca juga:

Dengan begitu, manusia harus tetap mengingat dan bersyukur akan kehidupan yang dijalani dengan memberi penghormatan kepada para leluhur.

Pengertian leluhur dalam kepercayaan orang Tionghoa tidak selalu soal kakek dan nenek moyang, namun mencakup keturunan yang lahir sebelum orang tersebut termasuk ayah dan ibu.

Umat Konghucu dan Buddha percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian.

Baca juga: Identik dengan Imlek, Berapa Isi Uang Angpau?

Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa ada sembahyang leluhur.

Warga keturunan Tionghoa membakar hio (dupa) saat bersembahyang di Klenteng Hok Lay Kiong, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (25/1/2020). Imlek 2571 merupakan tahun tikus logam yang bermakna kemakmuran, rezeki, kesehatan dan keberuntungan berlimpah.KOMPAS.com/M LUKMAN PABRIYANTO Warga keturunan Tionghoa membakar hio (dupa) saat bersembahyang di Klenteng Hok Lay Kiong, Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (25/1/2020). Imlek 2571 merupakan tahun tikus logam yang bermakna kemakmuran, rezeki, kesehatan dan keberuntungan berlimpah.

Sembahyang leluhur tidak hanya dilakukan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur yang dikenal, tetapi juga yang tidak dikenal secara langsung. Namanya adalah Sembahyang Rebutan.

Namun, ada juga yang menyebutnya Sembahyang Cio-ko pada bulan tujuh (Cit-gwee).

 

Baca juga: Bukan Hari Raya Keagamaan, Apa Itu Imlek?

Sementara dalam ajaran Buddha, sembahyang tersebut dikenal dengan upacara Ulambana.

Dalam kebudayaan Tionghoa, khususnya mereka yang memegang kepercayaan Konghucu, sembahyang leluhur merupakan hal yang wajib untuk dilakukan.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Beberapa orang Tionghoa masih memiliki altar sembahyang dalam rumah yang disebut sebagai Meja Abu.

Barang-barang yang terdapat di atas Meja Abu antara lain adalah papan arwah, dupa dan lilin, uang kertas, serta makanan dan minuman.

Baca juga: Kue Keranjang untuk Sembahyang Imlek Punya Makna Berbeda

Hidangan yang disajikan oleh setiap orang Tionghoa memiliki variasi yang berbeda yang juga disesuaikan dengan kondisi ekonomi masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com