KOMPAS.com – Orang Tionghoa dengan kepercayaan Konghucu biasanya melakukan sembahyang kepada leluhur menjelang Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh.
Dalam buku Hari-Hari Raya Tionghoa yang ditulis Marcus A.S terbitan Suara Harapan Bangsa, orang Tionghoa memiliki pepatah sebagai berikut:
“Jika kita minum air, maka kita harus selalu ingat kepada sumbernya.”
Apabila dikaitkan dengan kehidupan manusia, kehidupan yang tengah dijalani tidak akan ada jika tidak berasal dari leluhur.
Baca juga:
Dengan begitu, manusia harus tetap mengingat dan bersyukur akan kehidupan yang dijalani dengan memberi penghormatan kepada para leluhur.
Pengertian leluhur dalam kepercayaan orang Tionghoa tidak selalu soal kakek dan nenek moyang, namun mencakup keturunan yang lahir sebelum orang tersebut termasuk ayah dan ibu.
Umat Konghucu dan Buddha percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian.
Baca juga: Identik dengan Imlek, Berapa Isi Uang Angpau?
Hal tersebut juga menjadi alasan mengapa ada sembahyang leluhur.
Sembahyang leluhur tidak hanya dilakukan untuk menghormati dan mendoakan arwah leluhur yang dikenal, tetapi juga yang tidak dikenal secara langsung. Namanya adalah Sembahyang Rebutan.
Namun, ada juga yang menyebutnya Sembahyang Cio-ko pada bulan tujuh (Cit-gwee).
Baca juga: Bukan Hari Raya Keagamaan, Apa Itu Imlek?
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.