“Kemudian juga ada peningkatan kapasitas IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Jadi kami tidak hanya melakukan penataan bangunan saja, tapi kita juga harus memperhatikan bagaimana air limbahnya,” terang Diana.
Terkait peningkatan kapasitas IPAL, kini progresnya telah mencapai 36,12 persen dengan anggaran Rp 10,58 miliar.
Selain air limbah, Diana juga menegaskan adanya perhatian untuk fasilitas pengelolaan sampah. Progres pembangunan fasilitas sampah thermal yakni TPA Warloka akan menelan biaya Rp 42,3 miliar dengan penyelesaian sebesar 44,40 persen.
Ada pula instalasi pengolahan air (IPA) sebagai penyedia air minum. Terdapat dua IPA dengan masing-masing berkapasitas 50 liter per detik di Wae Mese II. Saat ini IPA tersebut baru memiliki progres 7,27 persen dengan biaya Rp 95,50 miliar.
“Kemudian juga ada pembangunan reservoir di Pulau Rinca untuk menampung air ketika nanti tidak ada air di sana,” jelas Diana.
Baca juga: Kunjungan ke Labuan Bajo Turun 83 Persen, Ini Strategi Pemerintah
Alokasi dana untuk reservoir itu adalah sebesar Rp 2 miliar dengan progres sejauh ini Rp 99,12 persen.
Pembangunan yang masih dilelang
Selain kawasan-kawasan tersebut di atas yang sudah dalam proses pembangunan, masih ada pula beberapa paket-paket kegiatan KSPN Labuan Bajo yang masih dalam proses pelelangan.
Diana menjelaskan, beberapa paket kegiatan tersebut di antaranya adalah proses penataan lanskap segmen 1 KSPN Labuan Bajo.
Kemudian ada pula proses pembangunan beberapa jalan yang ada di Labuan Bajo, seperti Jalan Soekarno-Hatta atas dan Jalan Soekarno-Hatta bawah.
Juga SP. Pede–Hotel Jayakarta, Jalan SP. Binongko–SP. Sylvia, Jalan Yohanes Sahadun, Kawasan Puncak Waringin, dan RTH Lapangan Kampung Ujung.
Diana menegaskan bahwa pembangunan yang berlangsung di KSPN Labuan Bajo sejauh ini sangat memperhatikan masalah-masalah terkait kelestarian lingkungan.
“Sehingga apa yang kita harapkan bangun di sana ini juga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan yang ada di sana,” paparnya.
Dirinya melanjutkan, penataan lingkungan Pulau Komodo pun dilakukan sesuai aturan dan kaidah yang belaku untuk menjaga kelestarian juga habitat komodo.
Baca juga: Tidak Cuma Komodo, Ini 7 Keindahan Pariwisata NTT
Diharapkan, penyediaan sarana wisata alam di kawasan konservasi tersebut juga bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di sekitar taman nasional.
Berdasarkan hasil analisis di lapangan, sambung Diana, penataan sarana dan pra-sarana yang akan dilakukan di Pulau Rinca ini juga akan berdampak baik pada ekosistem.
Ia pun memastikan akan meminimalisasi singgungan antara wisatawan dan satwa di sana agar tidak mengganggu kehidupan para satwa di sana.
Rencananya nanti juga akan tersedia sarana edukasi yang baik untuk wisatawan, termasuk peningkatan keamanan dan kenyamanan untuk para wisatawan, seperti trek khusus untuk wisatawan disabilitas dan pengunjung usia dini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.