Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pandemi, Penenun Kain Ulos di Taruntung, Sumatera Utara Makan Pakai Garam

Kompas.com - 20/02/2021, 21:01 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemilik Dame Ulos Renny Katrina Manurung mengatakan, saat Covid-19 mulai memasuki daerahnya, hal tersebut memberi dampak kepada para perajin kain ulos, yakni tidak adanya pendapatan.

“Aktivitas budaya di sini sama sekali berhenti. Proses jual beli di pasar tidak ada sama sekali,” kata dia dalam siaran langsung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di YouTube bertajuk “Peluncuran Beli Kreatif Danau Toba”, Sabtu (20/2/2021).

Renny melanjutkan, pada saat itu mereka berharap ada penjualan per minggu guna membeli kebutuhan mingguan, seperti minyak atau beras.

Baca juga: 4 Wisata Samosir, Sumatera Utara, Puas Nikmati Indahnya Danau Toba

Namun, berhentinya aktivitas jual-beli membuat para penenun kain ulos tidak bisa menjual karya yang telah dihasilkan.

“Saya sama teman-teman kumpulin (kain) tenun, kita jual supaya mereka (para penenun) bisa makan karena mereka ada beberapa penenun yang makan lauknya pakai garam,” ujar Renny.

Pihaknya pun tidak hanya berfokus pada pengembangan motif kain ulos yang dijual, tetapi juga mengembangkan para perempuan di Tarutung, Sumatera Utara agar bisa menjual sendiri kain ulosnya lewat media sosial.

Baca juga: Hari Ulos Nasional, Mari Telisik Makna di Balik Keindahannya

“Bagi masyarakat setempat, ulos adalah kebanggan bagi kami semua karena memiliki kekayaan budaya dan seni. Ulos ini juga salah satu identitas orang Batak yang di dalamnya ada keringat kami, dan nilai seni dan waktu yang dituangkan,” ujar Renny.

Dia menambahkan bahwa selain menjadi identitas orang Batak, kain ulos adalah doa dan simbol kasih sayang. Sebab, pada setiap helai tenunan terdapat cerita dan doa di dalamnya.

Ada bantuan dari pemerintah

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa sejauh ini pemerintah Indonesia sudah cukup banyak memberi dukungan kepada pelaku UMKM.

“UMKM sendiri dalam program Pemulihan Ekonomi Negara (PEN), lebih dari Rp 173 triliun (diberikan) untuk UMKM yang disalurkan lewat berbagai sarana,” tuturnya.

Ilustrasi berbagai jenis kais ulos khas BatakDok. SHUTTERSTOCK/HUTAMA LIMARTA Ilustrasi berbagai jenis kais ulos khas Batak

Berdasarkan pemberitaan Kompas.com, Senin (15/2/2021), total anggaran untuk UMKM dan pembiayaan korporasi pada 2020 terealisasi Rp 173,17 triliun.

Namun, tahun ini anggaran tersebut ditingkatkan menjadi Rp 187,17 triliun dari total anggaran PEN sebesar Rp 688,3 triliun.

Baca juga: Jangan Sembarang Pakai Ulos, Beda Ulos Beda Pula Maknanya

Menurut Sri Mulyani, apa yang dilakukan oleh sejumlah pihak terkait dalam pemberian dana bantuan kepada UMKM dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) adalah kolaborasi yang mendorong pariwisata.

“Ini adalah salah satu bentuk kolaborasi yang bisa mendorong pariwisata di Danau Toba yang merupakan destinasi prioritas,” ucapnya.

Mengutip Antara, Sabtu, Presiden Joko Widodo dalam acara yang sama mengatakan, kampanye Beli Kreatif Toba diluncurkan lantara para pelaku kreatif dan UMKM di Danau Toba sudah sangat dikenal.

Baca juga: Desa Bonan Dolok Samosir, Nikmati Tepian Danau Toba hingga Air Terjun

Dia mengatakan, kampanye tersebut memiliki peluang untuk makin memperluas potensi pasar sampai ke mancanegara.

“Kampanye ini akan dilengkapi dengan edukasi dan pendampingan bagi para pelaku kreatif dan UMKM untuk bisa benar-benar maju di industri digital, bukan hanya bisa sekadar onboarding di marketplace,” tutur Jokowi melansir Antara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com