Di luar ketiga musim itu, sangat sulit untuk menggerakkan wisnus agar berlibur. Hal ini diperparah dengan adanya pemangkasan cuti bersama. Jika liburnya tidak ada, maka pergerakan wisnus pun tidak akan terjadi.
“Kontraproduktif dan membuat program itu enggak melihat karakteristik wisnus gitu. sehingga kayaknya enggak dianalisis dulu,” tutur Maulana.
Proses perjalanan yang dipersulit
Selanjutnya, Maulana juga mengritisi kebijakan perjalanan di Indonesia yang sangat dipersulit. Salah satunya mengenai syarat rapid test antigen dan/atau RT-PCR untuk para penumpang pesawat yang sangat terbatas waktu.
“Kita hidup di negara kepulauan. Justru kebijakan dengan airlines yang ditahan ini yang tetap berkembang itu hanya di Pulau Jawa saja. Kenapa saya bilang di Pulau Jawa? Karena Pulau Jawa itu terutama sudah ada infrastruktur,” terang Maulana.
Namun jika berbicara sektor pariwisata di luar Pulau Jawa, khususnya yang aksesnya masih sulit dicapai tanpa menggunakan pesawat udara, bisa dibilang sangat terdampak.
“Bagaimana nasib di Kalimantan, Sumatera bagian ujung, bagaimana dengan Bali? karena spender-nya start itu kan dari DKI Jakarta, ibu kota negara,” imbuh Maulana.
Baca juga: Sah, Cuti Bersama 2021 Dipotong Jadi Cuma 2 Hari
Sejauh ini, daerah di Sumatera yang tingkat okupansinya masih cukup tinggi hanyalah Lampung dan Palembang. Sementara daerah lainnya bisa dibilang jatuh cukup jauh.
Alasannya, karena akses ke kedua kota tersebut masih cukup mudah dijangkau dari Jakarta. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih hanya enam jam perjalanan.
“Kenapa cuti bersama menjadi penting? karena dengan menambah cuti bersama akan menambah orang untuk spending di daerah. Itulah yang membantu tumbuh kembali,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.