KOMPAS.com – Merancang promosi pariwisata Indonesia dengan strategi menyasar target pasar spesifik dinilai akan sangat efektif.
Hal tersebut disampaikan Chief Strategic Advisor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Dino Patti Djalal dalam acara diskusi strategis Redefining Sustainable Tourism Roadmap, Selasa (9/3/2021).
Sebelumnya, Ia menyampaikan beberapa kelemahan sektor pariwisata Indonesia berdasarkan hasil diskusinya dengan dinas-dinas pariwisata di Indonesia.
“Salah satu kelemahan kita adalah dari segi promosi. Mereka melihat kalau di Asia Tenggara ini yang paling aktif itu Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Thailand tentu,” kata Dino.
Baca juga: Nusa Dua dan Ubud Bersiap Sambut Wisman Lewat Travel Bubble
Negara-negara tersebut bisa dibilang sangat aktif merilis promosi pariwisata di mana-mana, mulai dari di billboard iklan, taksi, hingga poster di subway.
“Kita kalah bersaing di sana tuh dan memang katanya karena anggarannya kurang untuk promosi. Tapi kita harus sadar kalau mau turis datang banyak, we need to invest in it. Jadi kita memang perlu menggencarkan promosi kita di luar negeri,” sambung dia.
Intinya adalah, imbuh Dino, bisa merebut wisatawan yang jadi pasar-pasar negara tetangga Asia Tenggara agar mau berpindah ke Indonesia.
Dino mengambil contoh wisatawan yang berasal dari Taiwan. Negara itu secara total memiliki sekitar 17 juta turis dengan tiga juta di antaranya pergi ke Asia Tenggara.
Dari tiga juta turis tersebut biasanya hanya lima persen saja yang datang ke Indonesia, atau sekitar 200 ribu orang saja.
“Selebihnya ke Thailand, Malaysia, dalam jumlah yang empat kali lipat dari yang ke Indonesia. Kan enggak masuk akal. Indonesia negara yang paling banyak destinasinya, tapi hanya lima persen dari turis Taiwan yang datang,” papar Dino.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.