Mengutip Forbes, Minggu (7/3/2021), Kepulauan Azores di Portugal mengizinkan wisatawan dengan paspor vaksin Covid-19 masuk tanpa tes Covid-19 tambahan atau karantina.
Jika tidak, pihak berwenang mengizinkan wisatawan berkunjung tanpa karantina dengan menunjukkan sertifikat tes negatif yang diambil kurang dari 72 jam sebelum perjalanan.
Selain Tansey, pakar lain setuju bahwa paspor kesehatan digital mungkin cara yang paling cepat dan efektif untuk melanjutkan kembali perjalanan internasional. Salah satunya adalah Profesor Management dari Lutgert College of Business, Jase Ramsey.
Melansir The Straits Times, Selasa (9/3/2021), China telah meluncurkan sertifikat kesehatan vaksin internasional pada Senin (8/3/2021).
Baca juga: Uni Eropa akan Luncurkan Paspor Vaksin Digital untuk Pulihkan Sektor Pariwisata
Di antara proposal yang diajukan oleh delegasi pada sidang parlemen tahun ini yang sedang berlangsung di China, ada beberapa yang berkaitan dengan paspor vaksin.
Mereka menyerukan bahwa paspor vaksin dapat membantu memulihkan perjalanan, serta melonggarkan aturan karantina.
Accredify adalah salah satu perusahaan akreditasi dokumen berbasis di Singapura. Teknologi mereka digunakan dalam pemeriksaan kesehatan Covid-19 pra-perjalanan di bawah amanat Pemerintah Singapura.
Mereka mengklaim, daya tarik sistem akreditasi digital berdasarkan blockchain adalah bahwa sistem tersebut tahan gangguan (tamper atau upaya utak-atik dari pihak lain). Oleh karena itu, data tidak bisa dipalsukan.
“Dokumen medis yang disimpan secara pribadi di aplikasi hanya dapat diakses pengguna, memberi mereka keputusan akan siapa dan kapan mereka akan membagikan catatan medis tersebut,” kata seorang juru bicara Accredify.
Saat ini, banyak teknologi sudah tersedia. Masyarakat pun sudah bergerak menuju masa depan yang semakin digital.
Perkembangkan yang saat ini dibuat dalam paspor kesehatan digital dapat membuat industri perjalanan dan masyarakat lebih siap menghadapi potensi turbulensi di masa depan.
Baca juga: WTO: Paspor Vaksin Penting untuk Keberlanjutan Perjalanan Internasional
“Jika kita berevolusi ke sistem pemantauan atau paspor kesehatan yang diakui secara internasional, itu akan menjadi salah satu aspek dari kesiapsiagaan yang memungkinkan kita bertahan dari pandemi yang akan datang,” tuturk Assistant Professor di Duke University School of Medicine, Dr. Harry Severance.
Meski Accredify menyatakan bahwa data medis yang disimpan secara digital dimiliki sepenuhnya oleh pengguna, namun Ramsey mencatat adanya kekhawatiran seputar keamanan dan data pribadi.
Menurut dia, keduanya dapat membuat konsumen kurang bersedia untuk mengadopsi paspor kesehatan digital dibandingkan alternatif fisik (kertas) paspor tersebut.
“Sama halnya dengan aplikasi apapun yang menyimpan catatan kesehatan, akan ada masalah privasi dan penipuan,” ujar dia.