Meski menempati posisi ketiga, Indonesia justru lebih unggul dari Amerika Serikat dari segi serapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif.
Menurut laman Good News From Indonesia, sektor ekonomi kreatif Indonesia mampu menyerap hingga 17 juta tenaga kerja pada 2019.
Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat yang hanya memiliki 4,7 juta pekerja pada sektor ekonomi kreatif. Maka, sudah sepantasnya jika Indonesia menjadi inisiator Tahun Internasional Ekonomi Kreatif Dunia.
Dalam upaya mendapatkan hasil terbaik, terutama dalam hal pendapatan, pemerintah fokus pada pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Berdasarkan Laporan Kinerja Badan Ekonomi Kreatif 2019, pengembangan tersebut berfokus pada subsektor unggulan dan subsektor prioritas dari 17 subsektor ekonomi kreatif.
Subsektor unggulan ekonomi kreatif merujuk pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar pada PDB nasional, seperti kriya, kuliner, dan fesyen.
Baca juga: Hak Kekayaan Intelektual Kunci Gerakkan Ekonomi Kreatif
Sedangkan sektor prioritas adalah subsektor yang berperan sebagai penyokong sektor ekonomi kreatif lainnya. Sektor prioritas mencakup subsektor film, animasi, dan video; subsektor musik; serta subsektor aplikasi dan pengembang permainan.
Namun, untuk menjadi pionir ekonomi kreatif dunia, tidak cukup hanya dengan memberlakukan sistem subsektor prioritas dan unggulan saja, Kemenparekraf/Baparekraf pun tidak dapat berjalan sendiri.
Perlu kolaborasi dengan seluruh elemen pentahelix, salah satunya masyarakat. Oleh karena itu, dukung selalu ekonomi kreatif dalam negeri dengan melalui gerakan #BanggaBuatanIndonesia dan #BeliKreatifLokal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.