Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Suci Galungan, Apa Saja Rangkaiannya?

Kompas.com - 14/04/2021, 14:02 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Daging yang digunakan bisa daging babi, ayam, atau itik. Namun, umat Hindu Bali cenderung lebih suka menggunakan daging babi.

Hari Penampahan dimanfaatkan sebagai hari untuk mempersiapkan makanan. Sajian pertama yang dibuat adalah sate.

Baca juga: Catat, Tips Wisata di Bali Saat Galungan dan Kuningan

Pitana mengatakan bahwa sate untuk upacara Galungan terdiri dari dua jenis yakni sate daging dan sate lilit yang merupakan sate khas Bali.

Sate tersebut dibuat dari daging babi, ikan, ayam, atau sapi yang dicampur dengan parutan santan, jeruk nipis, kelapa, bawang merah, dan merica.

Hidangan lain yang dibuat adalah lawar, campuran sayur dengan daging. Sayur yang digunakan biasanya terbuat dari nangka, kacang-kacangan, pakis, kelapa muda, bahkan bonggol pisang.

Mengunjungi setiap pura bersama-sama

Hari Suci Galungan selalu jatuh pada Rabu. Saat perayaan tiba, umat Hindu Bali akan mulai sembahyang di pura-pura mulai pukul 07:00.

Biasanya mereka sudah menentukan pura mana yang akan dikunjungi terlebih dahulu. Usai bersembahyang, mereka melanjutkan perjalanan ke beberapa pura lain yang dimiliki oleh desa tempat mereka tinggal.

“Tapi biasanya tiga pura saja. Itu harus dikunjungi. Setiap desa adat di Bali mempunyai tiga pura utama. Pura Kelahiran atau Penciptaan, Pura Kehidupan atau Pemeliharaan, dan pura Kematian atau Penghancuran,” jelas Pitana.

“Setiap wilayah di Bali tidak pernah hanya punya satu pura saja. Minimal tiga,” lanjutnya.

Pada kesempatan lain, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan ‘Kun’ Adnyana mengatakan, pura-pura tersebut terdiri dari Pura Desa, Pura Puseh, dan Pura Dalem.

Saat dihubungi pada 17 Februari 2020, dia menjelaskan bahwa Pura Desa adalah pura untuk pemujaan Dewa Brahma.

Baca juga: Berwisata di Bali Saat Galungan dan Kuningan, Simak Dulu Tipsnya...

Sementara itu, Pura Puseh adalah tempat pemujaan Dewa Wisnu dan Pura Dalem adalah tempat pemujaan Dewa Siwa.

“Terkadang di desa juga ada pura yang namanya Pura Subak kalau desa memiliki sistem irigasi. Makanya setiap Galungan itu kita keliling ke setiap pura yang ada di desa,” tutur Adnyana.

Setelah bersembahyang di pura, umat Hindu di Bali akan kembali ke rumah masing-masing untuk lanjut bersembahyang di tempat suci yang mereka miliki.

Sejumlah umat Hindu melaksanakan upacara dalam perayaan Hari Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2017). Perayaan Galungan digelar untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) bagi umat Hindu, sekaligus rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas ciptaan alam semesta beserta isinya.AFP PHOTO/SONNY TUMBELAKA Sejumlah umat Hindu melaksanakan upacara dalam perayaan Hari Galungan di Pura Jagatnatha, Denpasar, Bali, Rabu (1/11/2017). Perayaan Galungan digelar untuk memperingati kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kejahatan) bagi umat Hindu, sekaligus rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa atas ciptaan alam semesta beserta isinya.

Kegiatan usai Galungan

Sehari setelah Galungan atau Umanis Galungan, biasanya akan ada barong untuk "ngelawang". Menurut Adnyana, barong akan diperciki tirta (air suci) dan diberi sajen sebelum berkeliling desa adat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com