“Kalau Kuningan, dewa-dewa leluhur kembali ke surga. Puncaknya tetap di Galungan. Kuningan itu mereka sudah kembali,” ujar Pitana.
Lebih lanjut, Hari Raya Kuningan juga tidak terlalu dirayakan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali. Puncak perayaan tetap pada Hari Suci Galungan.
Baca juga: Resep Tum Ayam, Hidangan Pepes Khas Galungan
Alhasil, wajar jika Kuningan digelar dengan sederhana oleh umat Hindu di Bali maupun di daerah lainnya.
“Kuningan itu kecil. Biasalah, misalnya seperti kita upacara di kantor, dibuka oleh menteri, ditutup pak Lurah, misalnya. Jadi pembukaannya besar, penutupannya sekadarnya saja,” jelas Pitana.
Biasanya, orang akan mengucapkan Selamat Hari Suci Galungan dan Hari Raya Kuningan secara bersamaan pada Hari Galungan.
Akan tetapi, untuk Pitana, dia lebih memilih untuk memisahkan pengucapan selamat tersebut karena jarak antar kedua hari raya.
“Kalau saya lebih sering memisahkannya, karena jarak 10 hari. Sekarang kita sebutkan Selamat Galungan, 10 hari kemudian kita sebutkan Selamat Hari Raya Kuningan, seperti itu,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.