Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Hal yang Perlu Diketahui Seputar Hari Raya Kuningan

Kompas.com - 15/04/2021, 11:13 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebagian orang mungkin mengira bahwa Hari Raya Kuningan berdekatan dengan perayaan Hari Suci Galungan.

Tak ayal terdapat sejumlah ucapan yang menggabungkan dua hari keagamaan tersebut, misalnya “Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan”.

Baca juga: Hari Suci Galungan, Apa Saja Rangkaiannya?

Kendati demikian, ternyata Hari Raya Kuningan jatuh pada hari kesepuluh setelah Hari Suci Galungan berlangsung.

Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut Kompas.com himpun tiga hal yang perlu diketahui seputar Hari Raya Kuningan yang akan jatuh pada Sabtu (24/4/2021):

1. Dirayakan 10 hari setelah Hari Suci Galungan

Hari Raya Kuningan dirayakan sepuluh hari setelah Hari Suci Galungan. Jika tahun ini Hari Suci Galungan berlangsung pada 14 Februari 2021, maka Hari Raya Kuningan akan jatuh pada 24 April 2021.

Baca juga: Ada Tradisi Ngelawar dalam Galungan, Apa Itu?

“Jadi, katakanlah besok itu Galungan tanggal 16 September, maka berakhir perayaannya pada 26 September, yang disebut dengan Hari Raya Kuningan,” kata Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana I Gede Pitana saat dihubungi Kompas.com pada 15 September 2020.

Umat Hindu melaksanakan perayaan Hari Raya Galungan yang berlangsung di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/4/2021).KOMPAS.com / AJI YK PUTRA Umat Hindu melaksanakan perayaan Hari Raya Galungan yang berlangsung di Pura Agung Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (14/4/2021).

Lebih lanjut dia menjelaskan, meski dua hari keagamaan tersebut dirayakan pada hari yang berbeda namun Hari Raya Kuningan dan Hari Suci Galungan masih merupakan satu rangkaian upacara Hari Suci Galungan.

2. Hari saat para dewa dan leluhur kembali ke surga

Dari segi filosofi, Hari Raya Kuningan memiliki perbedaan dari Hari Suci Galungan. Sebab, Hari Raya Kuningan adalah hari untuk merayakan waktu para dewa dan leluhur kembali ke surga setelah bertemu keturunannya.

Baca juga: Simak, Ini Bedanya Galungan dan Kuningan

“Galungan itu dewa-dewa dan leluhur turun, semua atman-atman (roh) yang sudah suci akan turun dari surga menemui keturunannya di dunia,” jelas Pitana.

3. Dirayakan dengan sederhana

Meski tetap dirayakan, namun perayaan Hari Raya Kuningan tidak dilakukan dengan meriah oleh umat Hindu di Bali. Sebab, puncak perayaan tetap pada Hari Suci Galungan.

Menurut Pitana, hal tersebut wajar digelar secara sederhana oleh umat Hindu di Bali atau di daerah lain.

“Kuningan itu kecil. Biasalah, seperti kita upacara di kantor, dibuka menteri, ditutup pak lurah, misalnya. Jadi pembukaannya besar, penutupannya sekadarnya saja,” ujar dia.

Tradisi Mekotek untuk merayakan Hari Raya Kuningan dilakukan oleh warga Desa Munggu, Badung, Bali.shutterstock/Gekko Gallery Tradisi Mekotek untuk merayakan Hari Raya Kuningan dilakukan oleh warga Desa Munggu, Badung, Bali.

Walau dirayakan dengan sederhana, Hari Raya Kuningan tetap mempunyai tradisi yang dilakukan oleh umat Hindu.

Sebagai contoh, masyarakat di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung selalu merayakan Hari Raya Kuningan dengan menggelar tradisi Mekotek.

Diberitakan Kompas.com, Sabtu (20/2/2016), warga desa mengaku bangga memiliki tradisi leluhur yang sudah menjadi ikon pariwisata yang ditunggu-tunggu setiap enam bulan sekali.

Baca juga: Mengenal Hari Suci Galungan, Menangnya Kebaikan atas Kejahatan

“Ya setiap Kuningan pasti digelar tradisi ini. Saya bangga jadi masyarakat di sini yang memiliki tradisi leluhur ini,” kata seorang warga Desa Munggu bernama Kadek Arta.

Tradisi Mekotek identik dengan peralatan batangan kayu yang disiapkan oleh warga desa. Nantinya, batangan kayu itu dijadikan sebagai sarana perang kayu atau Mekotek.

Kayu tersebut sudah dalam kondisi terkelupas kulitnya, dengan panjang sekitar 2-2,5 meter. Mekotek digelar pada sore hari dan utamanya diikuti pria berusia 12-60 tahun.

Tongkat kayu yang dibawa akan diadu membentuk seperti piramid. Para pria yang berpartisipasi akan mencoba adu nyali untuk naik ke puncak kumpulan kayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com