Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Puasa di Turki, Dikarantina karena Teman Tertular Covid-19

Kompas.com - 04/05/2021, 06:06 WIB
Nabilla Ramadhian,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Pelajar dari Erciyes University asal Indonesia bernama Shafanida Mardhani memiliki pengalaman unik yang kurang menyenangkan selama Bulan Ramadhan di Turki.

“Paling menarik waktu temanku kena Covid. Kita lagi sama-sama sakit. Awalnya yang sakit aku. Batuk-batuk terus demam setiap malam, tiba-tiba temanku sakit. Akhirnya kita cek kenapa karena capek dan sebagainya,” kata dia.

Pengalaman itu Shafanida bagikan dalam Instagram Live “Turknesian Talks! Berbagi Cerita Puasa Saat Pandemi di Turki” di akun Instagram @turknesia pada Minggu (2/5/2021).

Baca juga: Hagia Sophia Turki Jadi Masjid, Apakah Masih Bisa Dikunjungi Turis?

Shafanida melanjutkan, saat itu dia dibantu tim Turknesia saat ke rumah sakit. Di sana, mereka dan teman-teman satu rumah diminta tes swab.

Turknesia atau Turknesia Edu Foundation merupakan lembaga pendidikan pra-universitas untuk menyiapkan masyarakat Indonesia mengemban pendidikan di Turki.

“Tiba-tiba dapat SMS temanku kena Covid-19. Selama puasa minggu pertama isolasi mandiri. Kita sendiri kalau ngobrol tetap, tapi jaga jarak. Kita lebih aktifnya ngobrol di grup WhatsApp,” jelas dia.

Ornamen granit berwarna biru dan hijau tosca menambah kecantikan Blue Mosque di Kota Saint Petersburg, Rusia.KOMPAS.com/SABRINA ASRIL Ornamen granit berwarna biru dan hijau tosca menambah kecantikan Blue Mosque di Kota Saint Petersburg, Rusia.

Lebih lanjut, saat berada di rumah dan di luar kamar masing-masing, Shafanida dan teman-temannya kerap menggunakan masker.

Namun, dia menuturkan bahwa selama isolasi mandiri mereka jarang keluar kamar karena takut terpapar Covid-19. Alhasil, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kamar masing-masing.

“Rumah benar-benar kayak mati gitu. Gelap semua, tidak ada yang keluar. Saling jaga diri,” tutur Shafanida.

Jika periode isolasi mandiri selesai, sambung dia, mereka tidak perlu tes swab dan dapat langsung pergi. Misalnya seperti ke luar rumah untuk mengambil uang.

Baca juga: Biasa Dibanderol Rp 9 Juta, Harga Paket Wisata Turki Kini Mulai Rp 5 Juta

Apabila belum melewati 10 hari dan mereka keluar rumah, mereka akan ketahuan karena ada aplikasi kesehatan dan kode yang diberikan untuk pemantauan.

“Contohnya kalau keluar, padahal enggak boleh keluar, bisa ditangkap polisi. Langsung terdeteksi,” ujar Shafanida.

Selama periode isolasi mandiri 10 hari, Shafanida mengatakan bahwa dia dan teman-temannya mendapat bantuan dari Turknesia.

Adapun, bantuan tersebut berupa disinfektan untuk kamar mandi, hand sanitizer, obat-obatan, dan makanan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com