Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Masjid Agung Surakarta, Peninggalan Mataram Islam di Kota Solo

Kompas.com - 06/05/2021, 15:03 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.comKota Solo atau Surakarta yang ada di Provinsi Jawa Tengah memiliki satu bangunan keraton atau istana yang merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Islam.

Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan istana kelima Mataram Islam setelah Kotagede, Kerto, Pleret, dan Kartasura.

Karena pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam, Kota Solo pun memiliki situs sejarah lain selain keraton.

Baca juga: Harga Tiket Masuk dan Cara Menuju ke Museum Keraton Surakarta

Salah satu situs sejarah yang sampai saat ini bisa dikunjungi, bahkan masih berfungsi seperti sedia kala adalah Masjid Agung Surakarta.

Masjid ini berada di kompleks Keraton Surakarta sebagai satu bagian daricatur gatra tunggal atau konsep tata ruang pusat kerajaan saat itu yang meliputi empat bagian, yakni keraton, masjid, pasar, dan alun-alun.

Sejarah Masjid Agung Surakarta

Sejarah berdirinya Masjid Agung Surakarta, dilansir dari cagarbudaya.kemendikbud.go.id, tidak lepas dari peristiwa perpindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura menuju Desa Sala (Solo) pada 17 Februari 1745.

Perpindahan pusat kerajaan itu dilakukan pada masa pemerintahan Pakubuwana II dan keraton baru dinamakan Surakarta.

Malam Selikuran di Masjid Agung Surakarta.Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya Malam Selikuran di Masjid Agung Surakarta.

Adapun, rintisan pembangunan Masjid Agung Surakarta juga dilakukan bersamaan dengan pembangunan keraton.

Pada masa pemerintahan Pakubuwana III, pembangunan masjid dimulai pada tahun 1757 dan diperkirakan selesai pada tahun 1768.

Informasi tersebut diketahui dari prasasti yang ada di dinding luar ruang utama Masjid Agung Surakarta.

Baca juga: Wisata Keraton Surakarta, Lihat Koleksi Hingga Ambil Air di Sumur Songo

Sebagai informasi, Mataram Islam terbagi menjadi dua pada masa pemerintahan Pakubuwana III melalui perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 menjadi Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Berlanjutnya pembangunan Masjid Agung Surakarta

Setelah Masjid Agung Surakarta berdiri, pembangunan masih berlanjut. Pada masa pemerintahan Pakubuwana IV, mustaka berbentuk paku bumi ditambahkan di puncak atap masjid.

Penggantian tiang juga dilakukan pada tahun 1791. Saat itu, tiang lama berbentuk persegi yang merupakan bawaan dari Masjid Agung Kartasura diganti menjadi tiang baru berbentuk bulat.

Gapura MAsjid Agung SurakartaKOMPAS.com/NUR ROHMI AIDA Gapura MAsjid Agung Surakarta

Renovasi kembali dilakukan saat masa Pakubuwana VII (1830-1875), yakni pendirian Pawestren pada 1850, perluasan serambi masjid dengan kolom-kolom bergaya doric. Serambi ini dibangun dengan lantai yang lebih rendah.

Selain itu, dibangun juga pagar tembok keliling masjid pada tahun 1858. Sebelumnya pada tahun 1855, mustaka masjid diganti karena tersambar petir.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Kirab Pusaka Keraton Surakarta Ditiadakan

Kemudian pada masa Pakubuwana X (1893-1939), menara dibangun di halam masjid. Dilakukan pula pembangunan jam matahari untuk mempermudah penentuan waktu shalat.

Gapura utama pun diganti menjadi gapura baru bergaya arsitektur Persia pada 1901. Kemudian, kolam air yang dulu difungsikan untuk bersuci diganti dengan bentuk pancuran atau keran.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com