Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Wisata di NTB Minta Penetapan Zona Hijau, Kenapa?

Kompas.com - 20/05/2021, 11:07 WIB
Desy Kristi Yanti,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Para pelaku usaha pariwisata di Nusa Tenggara Barat (NTB) meminta pemerintah provinsi untuk segera menetapkan zona hijau ketimbang melakukan sistem buka tutup di sejumlah destinasi wisata secara terus-menerus.

Mereka menilai kebijakan tersebut bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan pariwisata NTB di masa pandemi Covid-19 ini.

Baca juga: Rencana NTB Kembangkan 99 Desa Wisata Secara Bertahap

"Kami rasa hal itu kiranya tidak terlalu baik untuk kebijakan, kami usulkan lebih baik buat suatu pemetaan terhadap destinasi wisata," kata salah seorang perwakilan dari Forum Mahasiswa Pariwisata NTB dalam virtual media gathering, pada hari Rabu (19/5/2021).

Ilustrasi Gili Meno.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Gili Meno.

Menanggapi hal itu, Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah mengatakan bahwa untuk daerah wisata yang boleh dibuka syaratnya adalah daerah yang tercatat dalam zona hijau.

Sedangkan, menurutnya saat ini daerah-daerah di NTB belum ada yang tercatat sebagai zona hijau.

"Untuk daerah yang boleh dibuka memang zona hijau, sayangnya memang di NTB ini tidak ada zona hijau. Yang ada itu zona oranye, seperti Lombok Barat, Mataram - jadi memang kita harus sabar," ujar Sitti.

Baca juga: Travel Pattern Zona Hijau Bali-Tiga Gili Lombok Akan Dikembangkan

Melansir dari Kompas.com, zona hijau mengindikasikan tidak ada kasus dan tidak terdampak akibat virus Covid-19 pada suatu daerah.

Dalam kesempatan itu, Sitti juga menyampaikan keraguannya jika tempat wisata di NTB tetap dibuka apakah seluruh pihak terkait bisa yakin sepenuhnya bahwa protokol kesehatan bisa berjalan dengan baik.

Pasalnya, melihat pengalaman dari periode Lebaran tahun lalu, NTB mengalami kenaikan kasus hampir 200 persen.

Baca juga: Persiapan Indonesia Terima Turis Asing Juli 2021, Zona Hijau hingga Travel Corridor

"Tempat wisata itu dibuka di momen-momen tertentu yang mana di momen tersebut pastinya akan tidak bisa dibendung orang yang datang ke situ dan akan sulit untuk diterapkan protokol kesehatan. Daripada kemudian akan mengakibatkan lonjakan yang tidak bisa terkendali setelah lebaran seperti yang terjadi tahun lalu," ucapnya.

"Kenaikan kasus setelah Lebaran tahun lalu juga hampir mencapai 200 persen," ujarnya.

Kasus Covid-19 di Lombok Utara

Ilustrasi Gili Air.SHUTTERSTOCK Ilustrasi Gili Air.

Namun, pendapat Wakil Gubernur itu dibantah kembali oleh salah satu perwakilan pelaku usaha pariwisata dari Lombok Utara. Ia mengatakan, bahwa hingga saat ini Lombok Utara masih nol positif kasus Covid-19.

Menurutnya, dengan kondisi seperti itu, seharusnya destinasi-destinasi wisata di Lombok bisa beroperasi dengan protokol kesehatan yang ketat di tengah masa pandemi, sehingga daerah-daerah yang termasuk zona hijau tidak terlupakan.

Baca juga: 7 Serba-serbi Berwisata di Tiga Gili Lombok Utara

"Kemarin saya dengan kawan-kawan di Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) coba membuat paket-paket murah. Sayang sekali tiba-tiba muncul aturan harus swab, bahkan ditutup. Maksud saya, (dalam) menyambut wisatawan, kenapa swab? Gili itu zero positif, kenapa tidak dibuatkan GeNose misalnya, sehingga untuk daerah green zone tidak terlupakan," kata dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com