Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darwin's Arch, Batu Populer di Kepulauan Galapagos Runtuh

Kompas.com - 20/05/2021, 13:32 WIB
Desy Kristi Yanti,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Darwin's Arch (Gapura Darwin) yang merupakan formasi batuan alam terkenal di Kepulauan Galapagos runtuh pada hari Senin (17/5/2021) akibat erosi.

Batuan yang populer di kalangan penyelam, fotografer, dan turis kapal pesiar itu dikabarkan runtuh oleh Kementerian Lingkungan dan Air Ekuador.

Baca juga: Wisatawan yang Sudah Divaksinasi Bisa Kunjungi Ekuador, Termasuk Galapagos

Melansir dari Theguardian.com, foto-foto yang diunggah di media sosial oleh akun resmi Kementerian Lingkungan dan Air Ekuador menunjukkan puing-puing dari formasi batuan itu terlihat di laut, sementara dua tiang penyangganya masih kokoh berdiri.

"Peristiwa ini terjadi akibat dari erosi alam. Darwin's Arch terbuat dari batu alam yang pernah menjadi bagian dari Pulau Darwin, yang tidak terbuka untuk kunjungan melalui darat," tulis Kementerian dalam bahasa Spanyol di halaman media sosialnya.

Sementara, website selam Scuba Diver Life menuliskan seorang pengunjung yang hendak pergi menyelam telah menyaksikan keruntuhan tersebut dari sebuah kapal.

Baca juga: Jembatan Kaca di China Ini Rusak Akibat Diterjang Angin Kencang

Ia mengatakan batuan itu runtuh pada pukul 11:20 waktu setempat. Untungnya, tidak ada penyelam yang terluka.

Batuan alam ini dinamai oleh seorang ilmuwan asal Inggris yaitu Charles Darwin, yang pada tahun 1835 sedang mengunjungi pulau-pulau menggunakan HMS Beagle dan mengembangkan teori evolusinya dengan memeriksa kutilang Galapagos.

Darwin's Arch di kepulauan GalapagosDok. J CHURCHILL Darwin's Arch di kepulauan Galapagos

Kepulauan Galapagos merupakan bagian dari daftar Warisan Dunia UNESCO. Galapagos dikenal dengan beragam hewan dan tumbuhan endemiknya yang unik.

Hingga saat ini, kepulauan tersebut dianggap sebagai salah satu tempat terbaik di dunia untuk menyelam dan mengamati gerombolan hiu, penyu, paus, pari manta, dan lumba-lumba.

Baca juga: Langgar Aturan di Tembok Besar China, 2 Turis Afrika Kena Blacklist

Seperti dilansir dari Nytimes.com, sebelumnya UNESCO telah memperingatkan bahwa Kepulauan Galápagos adalah salah satu tempat paling rentan akan dampak dari perubahan iklim di dunia.

Sebab, kepulauan tersebut berada di persimpangan tiga arus laut dan rentan terhadap fenomena El Niño, yang menyebabkan pemanasan lebih cepat di perairan Samudra Pasifik. Seperti pengamatan Darwin, bahwa air yang memanas bisa mengancam spesies.

Sebelum pandemi Covid-19, Galapagos telah mengalami peningkatan pariwisata dengan jumlah pengunjung melonjak 90 persen antara 2007 dan 2016.

Namun, menurut beberapa konservasionis, hal itu justru mengkhawatirkan. Menurut mereka, peningkatan jumlah pengunjung akan menekan infrastruktur pulau dan mengganggu habitat hewan yang ada di sana.

Baca juga: Setelah 6 Bulan Tutup, Musee dOrsay Siap Sambut Wisatawan Lagi

Pada tahun 2018, sekelompok operator tur telah menyatakan keprihatinannya tentang masuknya wisatawan ke pulau tersebut. Mereka mengatakan bahwa pengunjung tidak hanya dapat membahayakan satwa liar tetapi juga lanskap dan pantai.

Tidak hanya itu, adapun perilaku buruk wisatawan yang terungkap. Pada bulan Maret, petugas di bandara berhasil menyita 185 bayi kura-kura yang dibungkus plastik dan dimasukkan ke dalam koper oleh seorang wisatawan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com