YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, sektor wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi sektor yang sangat terdampak.
Terbukti, setelah satu tahun pandemi Covid-19, sebanyak 53 hotel dan restoran memilih tutup permanen.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Deddy Pranowo Eryono mengatakan, 53 hotel dan restoran yang memilih tutup permanen beralasan mereka tak bisa menutup ongkos pengeluaran bulanan. Sebab, wisatawan yang berkunjung sangat sedikit jika dibanding sebelum pandemi.
Baca juga: Perpanjangan Sanksi Putar Balik Mudik, Okupansi Hotel di Yogya Anjlok
"Ya mungkin seperti itu (tak bisa menutup ongkos pengeluaran), tahun lalu 50 hotel dan restoran sekarang tambah tiga jadi total 53 hotel dan restoran tutup permanen," kata Deddy saat dihubungi wartawan, Sabtu (22/5/2021).
Ia menambahkan, selain 53 hotel dan restoran yang tutup permanen, ada juga sebanyak 100 hotel dan restoran yang memilih tutup sementara selama pandemi Covid-19.
Adapun hotel dan restoran anggota PHRI yang bertahan lebih kurang ada 180.
Deddy mengatakan bahwa dari total 53 yang memilih tutup permanen, sekitar 32 merupakan hotel, sedangkan sisanya adalah restoran. Tak hanya hotel melati yang memilih tutup, tetapi juga hotel berbintang.
"Dari 32 hotel yang tutup permanen, tiga di antaranya hotel bintang," imbuh dia.
Baca juga: Wisatawan Keluhkan Parkir Mahal, Tukang Parkir Ilegal Diamankan Polresta Yogyakarta
Ketika disinggung terkait adanya hotel yang dijual melalui situs jual beli, dirinya belum mengetahui apakah kabar tersebut benar atau tidak. Sebab, hingga sekarang dia belum mendapatkan laporan dari anggotanya.
"Belum dapat kabar, baik dari owner-nya atau general manager (GM). Belum ada laporan juga ke PHRI, saya sendiri belum dapat info," ujarnya.
Saat pandemi seperti sekarang, dia mengakui sulit sekali untuk bertahan mengingat okupansi hotel saat libur Lebaran kemarin hanya di angka 5 hingga 7 persen.
Baca juga: Okupansi Hotel di Yogyakarta Rendah, Kadispar DIY Ajak ASN Staycation
"Karena yang diharapkan lebaran kemarin itu bisa mendongkrak karena barusan membayar karyawan, ternyata zonk hanya lima sampai tujuh (persen) karena ada penyekatan dan sebagainya itu. Kebijakan pemerintah yang berubah-ubah dan selalu mendadak itu yang menyebabkan mereka tidak kuat," ungkapnya.
"Ini sudah SOS kita hidup ya sulit mati yo enggak," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.