KOMPAS.com - Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Marves Odo R M Manuhutu mengungkapkan bahwa program Work From Bali (WFB) dibuat oleh pemerintah berdasarkan kondisi pariwisata di Bali yang saat ini sedang sekarat.
Ia menjelaskan bajwa banyak hotel-hotel yang beroperasi di Bali dengan okupansi minimum atau kurang dari 10 persen.
Dengan okupansi hotel yang hanya terisi 10 persen, dia menjelaskan bahwa hotel-hotel di Bali kesulitan untuk membayar gaji karyawan, bahkan perawatan hotel.
Baca juga: Travel Pattern Zona Hijau Bali-Tiga Gili Lombok Akan Dikembangkan
" Akomodasi di Bali terdapat 140.000 kamar, bayangkan kalau 140.000 itu hanya terisi kurang dari 10 persen. Artinya, banyak tenaga kerja yang ada di Bali tidak bekerja selama 10-14 bulan," kata Odo dalam konferensi pers virtual, Sabtu (22/5/2021).
Lebih lanjut, ia menuturkan bahwa untuk sebuah hotel bisa membayar biaya perawatan, paling tidak occupancy rate harus mencapai 30-40 persen.
Sementara, Odo menyampaikan, selama berbulan-bulan, occupancy ratehotel-hotel di Bali hanya di kisaran 8-10 persen. Menurutnya, situasi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi para pekerja di sektor perhotelan.
Odo menceritakan pengalamannya saat menjalankan Bali Investment Forum dengan BI di Nusa Dua Hotel di Bali.
Selama berbulan-bulan okupansi rate hotal itu hanya berkisar di 8-10 persen. Namun, saat acara tersebut digelar, okupansi rate hotel itu meningkat perlahan-lahan hingga mencapai 50 persen.
Baca juga: Penerbangan Singapore Airlines ke Bali Akan Dimulai 4 Mei
"Jadi salah satu cerita, ini adalah cerita nyata seorang pekerja di salah satu hotel itu mengatakan selama empat bulan tidak bekerja, hanya di rumah dan terpaksa makan tabungan. Saat kami gelar acara tersebut, mereka di-hire kembali," kata Odo.
Oleh karena itu, Ia menyampaikan hal yang sama juga bisa terjadi dengan adanya program Work From Bali. Odo mengatakan, program ini akan memberikan kontribusi untuk perkembangan pariwisata di Bali perlahan bangkit.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa juga menyampaikan bahwa kondisi tempat-tempat wisata di Bali saat ini sudah sepi pengunjung.
"Bandara Ngurah Rai saat ini sudah sepi, demikian juga di kawasan Kuta. Seminyak itu menyedihkan sekali kondisinya akibat lumpuhnya pariwisata di masa pandemi Covid-19 ini.
Putu juga meyampaikan bahwa penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke Bali saat ini berdampak langsung pada Pendapatan Asli Daeah (PAD) pajak hotel dan restoran dari kabupaten dan kota di seluruh Bali.
Hal serupa juga disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia promosi Bali, Trisno Nugroho.
Baca juga: Kedatangan Penumpang ke Bali Anjlok Saat Larangan Mudik
Ia mengatakan selama pandemi Covid-19 Bali sangat terkena dampaknya. Pasalnya 52-56 persen pertumbuhan ekonomi Bali bergantung dari pariwisata.
"Kita lihat dari 34 provinsi di Indonesia, Bali di tahun 2020 itu yang paling tertekan. Di 2020 saat semua provinsi pertumbuhan ekonominya sudah positif, Bali masih negatif, kuartal satu sampai empat kita masih diangka -120," kata Trisno.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.