Setibanya di lahan tersebut, Kompas.com bersama rekan bergegas untuk mendirikan tenda karena hari sudah mulai malam.
Namun, kami sempat dibuat panik saat mencari matras lantaran sebelumnya telah disiapkan dua matras namun yang terbawa hanya satu.
Untungnya, salah satu dari dua sleeping bag yang ada memiliki bahan yang cukup tebal, sehingga nantinya badan tidak terlalu sakit saat tidur.
Baca juga: Pengalaman Freediving di Curug Balong Endah Bogor, Dingin Banget!
Setelah persoalan matras usai, kami mulai menyusun tenda. Namun, angin berkata lain. Alas tenda kami hampir terbang karena intensitas embusan angin pada saat itu cukup kencang.
Setelah berperang melawan angin dan tenda berhasil didirikan, Kompas.com bersama rekan mulai bersiap-siap menikmati gerhana bulan total.
Berdasarkan perkiraan pada saat itu, gerhana akan terlihat sekitar pukul 18.30 WIB. Posisinya akan terlihat pada sisi kiri Gunung Gede Pangrango.
Namun, Kompas.com gagal total menyaksikan fenomena alam yang menakjubkan tersebut karena kabut dan awan yang menyelimuti gunung tersebut cukup tebal.
Kompas.com hanya melihat detik-detik fenomena gerhana bulan total usai sebelum akhirnya menunjukkan fenomena super moon yang super cool.
Meski merasa cukup sedih karena Kompas.com tidak pernah melihat fenomena gerhana bulan total, momen golden sunrise seolah menjadi obat penawar kesedihan.
Untuk mengejar momen tersebut, Kompas.com tidur lebih cepat supaya tidak terlewat. Sebab, detik-detik menjelang momen tersebut biasanya sudah dimulai pukul 05.00 WIB.
Baca juga: Sungai Ciliwung yang Disebut Biang Banjir Jakarta, Ternyata Punya Pesona
Walau sudah tidur cepat,Kompas.com hampir terlewat momen golden sunrise. Saking terlelapnya, suara alarm dari ponsel rekan pun tidak terdengar.
Namun, untungnya rekan tetap membangunkan meski Kompas.com sempat menggerutu di dalam hati karena lupa bahwa niat lain berkemah di Desa Pasirjaya adalah untuk berburu indahnya pemandangan matahari terbit.