Berikut ini adalah fakta bunga Edelweis yang perlu diketahui:
Diberitakan Kompas.com, Rabu (16/09/2021), di Gunung Sumbing, Jawa Tengah pernah ditemukan tanaman Edelweis dengan tinggi mencapai 8 meter dan diameter lubang lebih dari 15 centimeter (cm).
Temuan itu didapat dari catatan Amir Hamzah dan M. Toha (The Mountain Flora of Java). Menurut catatan ini, tanaman Edelweis itu diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun.
Menurut ahli botani berkebangsaan Jerman bernama Von Faber, sistem perakaran Edelweis berkembang secara horizontal.
Akar Edelweis mengandung mikoriza yang menyukai lapisan tanah dekat permukaan karena cendawan sangat membutuhkan oksigen.
Edelweis banyak tumbuh di gunung-gunung Indonesia. Maka dari itu, tanaman ini sudah familiar di kalangan pendaki.
Baca juga: 8 Fakta Edelweis, Bunga Abadi di Gunung yang Tak Boleh Dipetik
Beberapa gunung yang menyajikan hamparan padang Edelweis antara lain Gede Pangrango di Alun-alun Suryakencana, Gunung Sumbing menjelang puncak, Gunung Lawu via Candi Cetho di Pasar Dieng, dan Gunung Merbabu di Sabana 2.
Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (02/09/2020), bunga Edelweis dijuluki sebagai bunga abadi lantaran tumbuhan ini memilki waktu mekar yang lama hingga 10 tahun lamanya.
Hormon etilen yang ada pada bunga Edelweis bisa mencegah kerontokan kelopak bunga dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, pesona bunganya dapat terjaga lebih lama.
Bunga Edelweis umumnya memiliki waktu mekar April-Agustus. Bunga Edelweis mekar saat musim hujan berakhir.
Baca juga: Petik Edelweis di Gunung Semeru, Pendaki Ini Dilarang Mendaki Seumur Hidup
Mekarnya bunga Edelweis pada bulan-bulan tersebut karena pancaran matahari yang masih intensif untuk proses pengembangan Edelweis.