Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman Work From Bali, kalau Mumet Bisa ke Pantai

Kompas.com - 16/06/2021, 21:28 WIB
Desy Kristi Yanti,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

Tetap harus hemat 

Pendapat yang hampir saja juga dilontarkan Jeremy (28). Ia bekerja di bidang marketing di sebuah kantor visa agency di Bali

Ia mengatakan, persoalan biaya hidup di Bali bergantung pada pribadi masing-masing.

Menurutnya, jika hidup mengikuti lifestyle seperti orang yang sedang berlibur di Bali, otomatis pengeluaran juga akan lebih besar.

Namun, jika menetap untuk bekerja dan hidup di Bali tentunya punya perhitungan tersendiri agar bisa bertahan hidup. 

"Soal living cost di Bali itu tergantung dari orangnya lagi, yang pasti kalau mau bertahan hidup namanya merantau sendiri ya harus bergaya sesuai isi dompet. Kalau ikuti lifestyle orang holiday di Bali otomatis cost-nya lebih besar," ujar Jeremy kepada Kompas.com.

Baca juga: Nusa Dua Jadi Lokasi Work From Bali, Ini Tanggapan Kadispar Bali

Ia menerangkan, untuk biaya hidup di Bali tergantung pada daerah yang dituju. Menurutnya, bila tinggal di daerah Denpasar, pengeluaran tidak terlalu mahal.

"Di Denpasar penduduknya lebih banyak orang lokal dan pendatang dari pulau Jawa. Jadi di sana ada warung-warung makan yang lebih affordable. Di sana masih bisa menemukan makanan Rp 15.000-20.000 per porsi," ujarnya. 

Para peselancar siang untuk berselancar di pagi hari di Pantai batu Bolong, CangguKompas.com / Gabriella Wijaya Para peselancar siang untuk berselancar di pagi hari di Pantai batu Bolong, Canggu

Sementara, jika menetap di daerah pariwisata, di antaranya Kuta, Canggu, dan Seminyak, bisa dibilang biaya hidup akan lebih mahal.

"Mayoritas yang stay di sana itu pengunjung atau wisatawan dan sebagian dari mereka warga negara asing. Jadi wajar kalau tempat makan daerah situ lebih ke kafe, kedai makanan dan harga pun otomatis lebih mahal," tambah Jeremy. 

Baca juga: Pemerintah Pilih Work From Bali di Kawasan Nusa Dusa, Mengapa?

Ia menceritakan bahwa dirinya sudah bekerja di Bali sejak Maret 2019. Ia mengawali karir sebagai seorang mixologist di salah satu club Bali. Beberapa bulan kemudian ia pindah ke kantor visa agency.

Selain berpindah tempat kerja, ia juga sudah merasakan berpindah-pindah tempat tinggal ke beberapa daerah di Bali. Mulai dari Renon daerah Denpasar, kemudian ke Sanur, Jalan Dewi Sri, Seminyak, lalu terakhir Canggu.

Hal itu dilakukan lantaran ia ingin mencari suasana baru sekaligus mengeksplor kawasan Bali. Ia ingin tahu perbedaan dari setiap daerah kawasan Bali tersebut.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Work From Bali, Efektif Pulihkan Pariwisata?

Menurut dia, merantau atau bekerja di daerah mana pun sama saja, yang paling penting adalah pengendalian diri sendiri.

"Mau merantau ke mana pun sama aja, asal jangan lebih besar pasak dari pada tiang," pungkasnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com