Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Karst Rammang-Rammang Maros, Dikunjungi Sandiaga dan Atta Halilintar

Kompas.com - 17/06/2021, 21:42 WIB
Ni Nyoman Wira Widyanti

Penulis

KOMPAS.comKawasan karst Rammang-Rammang terletak di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Kawasan tersebut menawarkan panorama gugusan pegunungan kapur atau karst terluas ketiga di dunia setelah China Selatan dan Vietnam, menurut Kompas.com.

Selain pegunungan karst, terdapat juga sungai dan hamparan sawah di kawasan yang merupakan bagian dari Geopark Maros-Pangkep (Pangkajene dan Kepulauan) itu.

Berikut empat fakta seputar kawasan karst Rammang-Rammang Maros yang dikunjungi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, serta influencers Atta Halilintar dan Thoriq Halilintar, Kamis (17/6/2021):

Dikembangkan tahun 2014

Salah satu kampung yang ada di tengah obyek wisata Rammang-Rammang yakni Kampung Berua, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (12/2/2015). Para wisatawan yang berwisata ke Rammang-Rammang dapat mampir dan singgah untuk membeli makanan dan minuman yang para warga kampung jual.KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Salah satu kampung yang ada di tengah obyek wisata Rammang-Rammang yakni Kampung Berua, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (12/2/2015). Para wisatawan yang berwisata ke Rammang-Rammang dapat mampir dan singgah untuk membeli makanan dan minuman yang para warga kampung jual.

Melansir dari Kompas.com, Rammang-Rammang mulai dikembangkan pada tahun 2014 oleh masyarakat Desa Salenrang.

Tempat wisata yang berjarak sekitar 40 kilometer dari utara Kota Makassar itu populer berkat media sosial.

Baca juga: Terpukau Lihat Terowongan Batu, Sandiaga Uno Upayakan Rammang-Rammang Dapat Status UN Double Geopark

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke sana, disarankan untuk naik perahu menuju Kampung Berua.

Harga sewa perahu bervariasi tergantung kapasitasnya. Untuk perahu berkapasitas satu hingga empat orang, misalnya, disewakan dengan harga Rp 200.000 pulang-pergi.

Pernah ditutup sementara tahun 2020

Perahu katiting yang mengantarkan para wisatawan menuju Kampung Berua di tengah batu kapur Rammang-Rammang. Para wisatawan akan dikenakan biaya paket wisata sebesar Rp 250.000 yang termasuk biaya transportasi pulang-pergi menggunakan perahu katingting, mengunjungi taman batu, dan gua prasejarah beserta biaya pemandu wisata. KOMPAS.com / Wahyu Adityo Prodjo Perahu katiting yang mengantarkan para wisatawan menuju Kampung Berua di tengah batu kapur Rammang-Rammang. Para wisatawan akan dikenakan biaya paket wisata sebesar Rp 250.000 yang termasuk biaya transportasi pulang-pergi menggunakan perahu katingting, mengunjungi taman batu, dan gua prasejarah beserta biaya pemandu wisata.

Sama seperti destinasi wisata lain, kawasan karst Rammang-Rammang juga terdampak pandemi Covid-19.

Sebab, sejumlah destinasi wisata di Sulawesi Selatan sempat ditutup guna mencegah penularan Covid-19.

Baca juga: Agustus Ini ke Sulsel, Ada Festival Rammang-Rammang

Berdasarkan keterangan dari Antara, Rabu (4/11/2020), sebelumnya kawasan karst Rammang-Rammang ditutup sementara mulai pertengahan Februari-Mei 2020.

Pengunjung pun berkurang drastis, bahkan pengusaha jasa perahu di sana pernah tidak mendapat muatan pada waktu itu.

Desa Wisata Rammang-Rammang diresmikan hari ini

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno meresmikan kampung Ranjang-rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan sebagai salah satu destinasi wisata nasional, Kamis (17/6/2021).KOMPAS.COM/HENDRA CIPTO Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno meresmikan kampung Ranjang-rammang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan sebagai salah satu destinasi wisata nasional, Kamis (17/6/2021).

Pada kunjungannya hari ini, Menparekraf Sandiaga Uno meresmikan Desa Wisata Rammang-Rammang.

Diharapkan, desa ini semakin memperkuat daya tarik wisata, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Baca juga: Ajak Atta Halilintar, Sandiaga Resmikan Desa Wisata Rammang-Rammang

Sandiaga mengatakan, Desa Wisata Rammang-Rammang mampu memberikan multiplier effect yang besar.

“Hadirnya desa wisata ini diharapkan semakin meningkatkan peluang bagi masyarakat, memberikan multiplier effect yang mendalam bagi masyarakat. Ini yang kita dorong, serta saya juga menginstruksikan kepada jajaran Kemenparekraf untuk memberikan pendampingan baik dalam peningkatan sumber daya manusia, pengelolaan homestay, dan lainnya,” ujarnya, menurut rilis yang diterima Kompas.com, Kamis.

Akan dinilai UNESCO pada Juli 2021

Menyusuri Rammang-Rammang di kawasan karst di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan.KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Menyusuri Rammang-Rammang di kawasan karst di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan.

Di sela-sela kunjungannya, Sandiaga menjelaskan bahwa ia akan meningkatkan fasilitas di kawasan tersebut, mulai dari listrik hingga pengelolaan sampah.

Sehingga, kawasan tersebut layak menjadi destinasi UNESCO Global Geopark.

Baca juga: 7 Tempat Wisata Sejuk di Makassar dan Maros, Yuk Ngadem!

Sebelumnya, Antara melaporkan bahwa Geopark Maros-Pangkep akan menjalani proses penilaian dari UNESCO bulan Juli 2021.

“Karena Geopark Maros-Pangkep mewakili Indonesia, makanya tahun 2021 ini kita akan menjalani assessment,” kata General Manager Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep Dedi Irfan kepada Antara.

Memiliki ratusan gua yang ditinggali manusia prasejarah

Geopark Maros-Pangkep telah mendapat status geopark nasional tahun 2017. 

Kawasan tersebut memiliki ratusan gua yang pernah ditinggali manusia prasejarah. Jejak mereka tergambar melalui lukisan berusia 40.000 tahun di dinding gua. 

Terdapat berbagai destinasi wisata berbasis alam yang berkelanjutan di Geopark Maros-Pangkep, mulai dari geosite, biological site, hingga cultural site.

Baca juga: Wisata Prasejarah di Leang Leang Maros

Adapun yang termasuk geosite adalah Komplek Rijang Bantimala, Kompleks Metamorfik Pateteyang-Cempaga, dan Batuan Kerak Samura Parenreng. 

Sementara, biological site meliputi Hutan Keilmuan Bengo-Makaroewa, Karaenta Primary Forest, Taman Kehati, Taman Botanik Tonasa, dan Taman Argo Botanik Puncak. 

Destinasi yang termasuk cultural site adalah Komplek Prehistorik Bellae, Taman Prehistorik Sumpang Bita, dan Situs Berburu. 

Terancam rusak akibat perubahan iklim

Lukisan manusia dan hewan di Geopark Maros-Pangkep terancam rusak akibat perubahan iklim.

Curah hujan musiman dan meningkatnya kekeringan mengancam konservasi lukisan gua di kawasan tersebut. Hal itu berdasarkan sebuah riset yang dipimpin arkeolog Jillian Huntley.

Baca juga: Pentingnya Masukkan Faktor Perubahan Iklim untuk Capai Pariwisata Berkelanjutan

“Di hampir semua situs karya seni zaman dahulu (early art), stensil buatan tangan dan motif figuratif sangat dipengaruhi oleh eksfoliasi dinding gua batu kapur dan permukaan langit-langit yang merupakan kanvas dari sang ‘seniman’,” kata Jillian kepada Bloomberg.

Penelitian mereka menunjukkan bahwa terjadi peningkatan eksfoliasi di sana.

Adapun yang dimaksud eksfoliasi adalah ketika kristal-kristal garam di bebatuan melebar dan berkontraksi bersamaan dengan naik turunnya suhu lingkungan, sehingga menyebabkan regangan pada lukisan. Proses tersebut dapat menghasilkan retakan atau serpihan-serpihan. Akibatnya, lukisan dapat terlepas dari permukaannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Usung Konsep Eco Friendly, Hotel Qubika Bakal Beroperasi Jelang HUT Kemerdekaan RI di IKN

Hotel Story
Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Ada Women Half Marathon 2024 di TMII Pekan Ini, Pesertanya dari 14 Negara

Travel Update
5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

5 Tempat Wisata di Tangerang yang Bersejarah, Ada Pintu Air dan Makam

Jalan Jalan
Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Dampak Rupiah Melemah pada Pariwisata Indonesia, Tiket Pesawat Mahal

Travel Update
4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

4 Tempat Wisata di Rumpin Bogor Jawa Barat, Ada Curug dan Taman

Jalan Jalan
Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

Travel Update
5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

Jalan Jalan
Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

Travel Update
Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

Jalan Jalan
Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

Travel Update
Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

Travel Tips
Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

Travel Update
5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com