Akhirnya setelah dua kali "offside" rombongan pun tiba di batu belimbing. Bagi Aswandi, keberadaan batu belimbing tidak hanya sekadar memanjakan mata dan tempat melepas lelah.
Batu Belimbing menjadi pengingat besarnya kuasa sang Maha Pencipta. Batu-batu tersebut diyakini tidak hadir begitu saja, tapi telah melewati proses alam yang begitu panjang.
"Situs ini harus terus dipertahankan seperti batu-batu ini yang berdiri kokoh hingga saat ini," ujar Aswandi.
Rintik hujan membasahi kawasan batu belimbing saat Kompas.com menikmati pemandangan alam purba tersebut. Raungan mesin pemotong rumput ikut menyelip menghinggapi suasana.
Petugas yang mengoperasikan mesin tersebut tampak ingin bergegas karena hari makin beranjak sore. Namun usahanya itu seperti bertepuk sebelah tangan.
Beberapa kali alat pemotong itu mati mesin. Seakan enggan menunaikan tugasnya. Saat diamati, mesin berwarna kuning itu terlihat tua dan kelelahan. Raungannya kadang tersendat, seperti ada yang tersumbat pada selang asupan bahan bakar.
Baca juga: Pemprov Babel Berencana Hadirkan Island Hopping untuk Wisatawan
Salah seorang penjaga taman batu belimbing bernama Bagong mengatakan, pihaknya berencana mengajukan pembelian mesin pemotong rumput yang baru. Mesin yang digunakan saat ini kerap kali rewel dan boros bahan bakar.
Selain mesin pemotong ruput, Bagong juga berencana meminta bantuan baju seragam juru parkir.
Selama ini ia mendapatkan jasa penjagaan taman batu belimbing dari pengunjung yang memarkirkan kendaraannya. Itu pun belum ada tarif parkir resmi yang diberlakukan. Pengunjung mengulurkan uang parkir sesuai keikhlasan mereka masing-masing.
Meskipun belum resmi, jasa parkir merupakan satu-satunya biaya yang dikeluarkan pengunjung di tempat tersebut.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.