Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Masjid Agung Demak, Peninggalan Kesultanan Demak yang Penuh Makna

Kompas.com - 08/07/2021, 10:27 WIB
Kistin Septiyani,
Anggara Wikan Prasetya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mengunjungi Demak tak akan lengkap rasanya jika tak singgah di Masjid Agung Demak. Wisata religi yang terletak di Kampung Kauman, Bintoro, Demak, Jawa Tengah ini menjadi salah satu ikon Kabupaten Demak.

Dilansir dari "Oas Menjelajah Masjid: Masjid Agung Demak" karya Agus Maryanto dan Zaimul Azzah, bangunan ini merupakan salah satu peninggalan Kesultanan Demak.

Masjid ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan pertama Demak, yakni Raden Patah. Salah satu masjid tertua di Pulau Jawa ini didirikan pada tahun 1477 masehi.

Mengutip dari sumber lain, "Cerita Rakyat Jawa Tengah Sunan Kalijaga (Asal usul Masjid Agung Demak)" yang ditulis Ade Soekrino, masjid ini merupakan perwujudan dari harapan Raden patah untuk membuat bangunan monumen yang bernuansa Islam.

Pendiri Kesultanan Demak itu pun meminta Wali Songo untuk membangun sebuah Masjid di area Bintoro.

Fungsi Masjid Agung Demak

Pada masa kejayaannya, Kesultanan Demak menjadi pusat tempat utama pengembangan para ulama di Nusantara. Bangunan masjid yang dibangun oleh Raden Patah dan para wali itu pun makin ramai didatangi oleh orang-orang dari berbagai penjuru wilayah nusantara.

Masjid Agung Demak.Pesona Indonesia Masjid Agung Demak.

Masjid sederhana dan berukuran kecil itu tak lagi mampu menampung pengunjung yang semakin banyak. Akhirnya Raden Patah kembali memerintahkan para wali untuk memperluas bangunan tersebut.

Pengerjaan renovasi masjid ini dilakukan oleh empat orang wali, yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kalijaga.

Filosofi bangunan Masjid Agung Demak

Kembali merujuk pada tulisan Agus Maryanto dan Zaimul Azzah dalam "Oas Menjelajah Masjid: Masjid Agung Demak", masjid yang memiliki luas 1,5 hektar ini terdiri dari ruang utama, pawastren dan serambi.

Di dalam kompleks Masjid Agung Demak ini juga terdapat bangunan cungkup makam, peseban, museum, wisma tamu dan perpustakaan.

Serambi di depan ruang utama pada masjid ini biasa digunakan sebagai tempat ibadah dan ruang pertemuan. Masyarakat juga biasa melakukan beragam acara keagaaman untuk memperingati hari-hari besar Islam.

Serambi Masjid Agung Demak berukuran 30 x 17 meter. Bagian ini berupa ruang terbuka dengan atap berbentuk limas tiga lapis yang semakin mengerucut di puncaknya.

Baca juga: Peninggalan Kerajaan Demak

Mengutip website resmi Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, atap itu memiliki filosofi akidah Agama Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

Bagian serambi ini memiliki delapan tiang yang disebut sebagai Saka Majaphit. Delapan pilar penyangga itu konon dibawa langsung dari keraton Majapahit. Hampir dua pertiga bagian Saka Majapahit ini memiliki ukiran motif sulur dan motif tumpal yang mengagumkan.

Tak hanya pilar serambi, ada pula empat tiang utama yang disebut sebagai Saka Tatal atau Saka guru. Tiang ini terdapat di empat penjuru mata angin yang menyangga ruang utama masjid.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com