KOMPAS.com - Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di wilayah barat Pulau Jawa. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-5 Masehi (M).
Dilansir dari "Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia" karya Anton Dwi Laksono, Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Raja Jayasingawarman. Ia membangun kerajaan tersebut saat berada di dalam pengasingan.
Nama Tarumanegara diambil dari sebuah tanaman pewarna benang yang disebut tarum. Tanaman tersebut tumbuh subur di dataran tempat sang raja akhirnya mendirikan kerajaan.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara
Raja Jayasingawarman berasal dari Salakanagara, sebuah kerajaan yang menguasai wilayah Pulau Jawa bagian barat termasuk pulau dan laut yang membentang hingga ke Sumatera.
Sang raja berhasil memimpin keluarga kerajaan dalam pelariannya dari serangan musuh.
Jayasingawarman kemudian mendirikan sebuah kerajaan baru di tepi Sungai Citarum yang kini terletak di Kabupaten Lebak, Banten, pada 358 M.
Jayasingawarman pun menjadi raja pertama yang memerintah Tarumanegara.
Sang raja memerintah dari tahun 358 M sampai 328 M. Setelah berusia lanjut, Jayasinghawarman menyerahkan tahtanya dan memilih menjadi sorang petapa. Mahkota raja pun diserahkan pada Dharmayawarman.
Meski meninggalkan banyak jejak sejarah, informasi mengenai pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara hingga saat ini masih belum bisa diketahui secara pasti.
Namun, kerajaan ini disebut menguasai daerah Banten, Jakarta, sampai perbatasan Cirebon.
Baca juga: Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Sejarah tentang para raja yang berkuasa di Kerajaan Tarumanegara dapat dipelajari dari naskah "Wangsakerta". Naskah ini merupakan kumpulan tulisan yang dibuat oleh Pangeran Wangsakerta.
Berikut ini adalah sederet raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Tarumanegara.
Kerajaan Tarumanegara berhasil mencapai kejayaan pada masa Raja Purnawarman. Ia berkuasa dari tahun 395 M sampai dengan 434 M.
Purnawarman disebut mampu memimpin rakyatnya dengan bijaksana. Bahkan, Kerajaan Tarumanegara berhasil menguasai 48 kerajaan daerah pada masa itu.
Sang raja membangun ibu kota di daerah pantai, dan ia juga berhasil menjalin kerjasama diplomatik dengan Cina.
Pada masa itu, perekonomian penduduk ditopang oleh sektor pertanian, pelayaran, peternakan, perburuan, pertambangan, perikanan, dan perdagangan.