KOMPAS.com - Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Hindu-Buddha yang berpusat di Sumatera Selatan. Kerajaan ini sebelumnya dikenal dengan banyak nama.
Dilansir dari "Kebudayaan dan Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia" karya Anton Dwi Laksono yang diterbitkan pada tahun 2018, nama Sriwijaya baru mencuat sekitar tahun 1920-an.
Sebelumnya, kerajaan yang berdiri pada tahun 671 Masehi (M) ini disebut dalam beberapa nama berbeda.
Orang Tionghoa menyebut Kerajaan Sriwijaya dengan nama Shih-li-fo-shih atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, Sriwijaya disebut dengan nama Yavadesh dan Javadeh.
Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan
Hingga saat ini belum ditemukan banyak bukti fisik terkait Kerajaan Sriwijaya. Namun kerajaan ini dipercaya telah ada sejak 671 M.
Asumsi tersebut didasarkan pada catatan I Tsing dari Prasasti Kedukan Bukit. Dari prasasti tersebut juga diketahui bahwa kekaisaran ini dikuasai oleh Daputa Hyang sejak tahun 682 M.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya pada tahun 686 meliputi bagian selatan Pulau Sumatera, Pulau Bangka Belitung, dan Lampung.
Dalam Prasasti Kota Kapur disebutkan bahwa Sri Jayansa berhasil melancarkan ekspedisi militer ke Jawa.
Serangan militer tersebut berhasil menaklukkan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat dan Kalingga di Jawa tengah.
Usai berhasil melakukan agresi militer di Tanah Jawa, Sriwijaya mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Sriwijaya bahkan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Ekspansi militer yang sukses besar di Jawa dan Semenanjung Malaya menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara.
Selama masa kepemimpinan Raja Samartungga pada 792 sampai 835 M, Kerajaan Sriwijaya berhasil membangun Candi Borobudur.
Candi Buddha terbesar di dunia ini, secara tuntas dibangun pada 825 M.
Baca juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim?
Sebagai kerajaan maritim, Kerajaan Sriwijaya mengandalkan kekuatan armada lautnya untuk menguasai jalur pelayaran dan jalur perdagangan serta mempertahankan wilayah.