MARI berkelana sejenak ke masa lalu, ke masa ketika kita semua masih bercelana kodok dan berbaju satria baja hitam.
Berkelana ke satu masa saat hidup terasa amat mudah karena satu-satunya hal yang menjadi perkara hanyalah menunggu bel sekolah dan cepat-cepat melarikan diri untuk bermain panas-panasan bersama kawan-kawan.
Menyenangkan sekali ya masa-masa itu?
Main sepeda, main hujan, main gobak sodor, berlarian mengejar angin agar layangan bisa membumbung tinggi ke angkasa, dan tersenyum lebar meski sampai di rumah ibu menunggu sambil berkacak pinggang.
Namun, kelana tersebut harus terhenti ketika melihat kenyataan kini. Pada hari ini, anak-anak tumbuh di era pandemi.
Kebahagiaan harus dipenuhi di rumah saja. Ruang sempit terbatas yang tidak panas terik atau becek sisa hujan, dengan layar kecil, layar sedang, dan layar besar bergantian setiap saat dengan anggota keluarga lain.
Ibu, paling banter pun hanya bisa menatap nanar dan berkacak pinggang acap kali melihat ruangan yang sudah dibersihkan jadi kotor lagi.
Dilema orangtua
Iba, melihat anak-anak tak bisa berlarian bebas di lapangan. Namun, kesal, karena tak berhenti mengganggu pekerjaan kantor maupun pekerjaan rumah tangga.
Lelah, karena biasanya ada waktu sendiri ketika mereka sekolah. Bosan, karena ingin juga pergi liburan, sekadar menikmati perjalanan darat pulang kampung ke rumah kakek dan nenek.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.