Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yasmina Hasni
Praktisi Parenting

Praktisi parenting. Co-founder Taman Main Petualang. Ibu dua anak.

Demi Piknik Anak Generasi Pandemi, Virtual Field Trip Bisa Jadi Solusi

Kompas.com - 23/07/2021, 14:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MARI berkelana sejenak ke masa lalu, ke masa ketika kita semua masih bercelana kodok dan berbaju satria baja hitam.

Berkelana ke satu masa saat hidup terasa amat mudah karena satu-satunya hal yang menjadi perkara hanyalah menunggu bel sekolah dan cepat-cepat melarikan diri untuk bermain panas-panasan bersama kawan-kawan.

Menyenangkan sekali ya masa-masa itu?

Main sepeda, main hujan, main gobak sodor, berlarian mengejar angin agar layangan bisa membumbung tinggi ke angkasa, dan tersenyum lebar meski sampai di rumah ibu menunggu sambil berkacak pinggang.

Namun, kelana tersebut harus terhenti ketika melihat kenyataan kini. Pada hari ini, anak-anak tumbuh di era pandemi.

Kebahagiaan harus dipenuhi di rumah saja. Ruang sempit terbatas yang tidak panas terik atau becek sisa hujan, dengan layar kecil, layar sedang, dan layar besar bergantian setiap saat dengan anggota keluarga lain.

Ibu, paling banter pun hanya bisa menatap nanar dan berkacak pinggang acap kali melihat ruangan yang sudah dibersihkan jadi kotor lagi. 

Dilema orangtua

Iba, melihat anak-anak tak bisa berlarian bebas di lapangan. Namun, kesal, karena tak berhenti mengganggu pekerjaan kantor maupun pekerjaan rumah tangga.

Lelah, karena biasanya ada waktu sendiri ketika mereka sekolah. Bosan, karena ingin juga pergi liburan, sekadar menikmati perjalanan darat pulang kampung ke rumah kakek dan nenek.

Ya, itu kita. Orangtua yang merasa serba salah.

Sudah nyaris dua tahun, begini terus kondisinya. Meski sudah menyesuaikan diri, sepertinya masih saja terus terasa berat.

Masih saja kita terus khawatir jika mereka keluar rumah, tapi kekhawatiran yang sama juga menghantui jika anak-anak terus berada di rumah.

Belum lagi, kita membayangkan anak-anak bisa jadi lost generation karena pelajaran daring yang belum optimal. Berbagai mogok daring pun sulit ditolak karena kasihan, tapi mau tidak mau harus dijalankan.

Ancaman Covid-19 dan generasi yang hilang sama mengkhawatirkannya. Angka kekerasan di rumah tangga meningkat, angka perceraian meningkat, begitu kata berita. Bersanding dengan angka kasus Covid-19 yang juga tidak main-main.

Iya, sepelik itu rasanya menjadi orangtua dari anak-anak kecil di era pandemi.

Virtual field trip sebagai solusi

Namun, kita manusia. Akan selalu ada cara untuk bertahan hidup. Hal utama yang dibutuhkan seorang manusia adalah koneksi. Bagi anak-anak, koneksi yang termudah adalah melalui interaksi.

Jika interaksi di kelas online pada umumnya tidak senyaman di sekolah biasa, mari kita cari cara lain untuk mereka berinteraksi dalam arena yang bukan sedang belajar di kelas.

Mari kita carikan anak-anak arena bermain, berinteraksi, dan bersenang-senang lewat jalan-jalan virtual. Salah satu yang tersedia bertepatan dengan Hari Anak Nasional pada tahun ini adalah virtual field trip alias jalan-jalan daring yang digelar komunitas Parenting is Easy.

Berlangsung pada 23-25 Juli 2021, namanya Festival Urang Ulin 2021. Ini adalah jalan-jalan virtual berkeliling Indonesia. Ada lima destinasi dijelajahi, yaitu Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Papua.

Tidak hanya jalan-jalan, di setiap destinasi juga ada kegiatan workshop yang bermanfaat serta dihibur lagu-lagu dan dongeng dari para pendongeng terkenal. Pengisinya pun sama tenarnya.

Acara seperti ini bisa jadi adalah jawaban untuk harapan para orangtua di era pandemi yang serba terbatas. Anak-anak akan berkumpul bersama dan berinteraksi dengan host, pendongeng, pengisi workshop, dan teman-teman sebayanya.

Karena kita tidak sendiri...

Bukan tidak mungkin, pertemanan bisa dimulai dari perjalanan selama 90 menit keliling Pulau Sumatera, misalnya, dari Aceh sampai Lampung. Anak-anak juga bisa berkreasi bersama menggunakan kit yang lebih dulu dikirimkan ke rumah masing-masing.

Setidaknya, pada hari itu ia tak merasa sendiri. Karena, ada teman-teman, yang juga merasakan hal yang sama dan berbagi bahagia.

Pandemi harusnya tak membatasi. Pandemi akan membuat kita kuat dan terus mencari cara untuk mengatasi rasa sendiri.

Pandemi bukan berarti putus koneksi. Mungkin tidak ada jumpa dan interaksi, tapi koneksi hati bisa tetap terbangun dengan bantuan jejaring gawai.

Namun, jangan lupa, yang paling dibutuhkan anak justru peluk hangat, kecup, dan semangat yang datang dari orangtuanya.

Jadi tak ada salahnya jika virtual field trip juga dilakukan bersama ayah dan ibu. Kedekatan akan terus terbangun sebagai bekal menghadapi hari-hari selanjutnya.

Mari bersenang-senang, hayuk urang ulin!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com