Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/08/2021, 11:57 WIB

KOMPAS.com – Beberapa waktu lalu, UNESCO mengeluarkan sebuah dokumen Konvensi tentang Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia bernomor WHC/21/44.COM/7B.

Adapun dokumen itu dikeluarkan setelah konvensi daring pada 16 – 31 Juli 2021 di China.

Dokumen tersebut membahas sejumlah tempat yang termasuk dalam daftar situs warisan dunia UNESCO atau World Heritage List, salah satunya Taman Nasional (TN) Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Sandiaga Jelaskan Rencana Pengembangan Lima Destinasi Super Prioritas

Untuk informasi, TN Komodo berada di Labuan Bajo yang juga termasuk salah satu dari lima destinasi super prioritas (DSP) yang diumumkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Secara garis besar, dilansir dari Kompas.com, pihak Komite Warisan Dunia (WHC) UNESCO membahas pembangunan proyek pariwisata di TN yang dikhawatirkan akan berdampak pada Nilai Universal yang Luar Biasa (OUV) di kawasan itu.

Selain itu, pihak WHC juga meminta pemerintah Indonesia untuk menghentikan seluruh pembangunan proyek sementara hingga pemerintah Indonesia mengumpulkan revisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang ditinjau oleh Uni Internasional Konservasi Alam (IUCN).

Baca juga: Cara Registrasi Online via WhatsApp untuk Liburan ke TN Komodo

Komodo di Pulau RincaKOMPAS.COM/DANI PRABOWO Komodo di Pulau Rinca

Terkait hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menanggapi permintaan UNESCO untuk menghentikan sementara pembangunan proyek di TN Komodo.

“Saya sedang meminta minute of meeting dari UNESCO tersebut dan saya enggak ingin ‘katanya, katanya’. Tapi saya ingin melihat secara detail, riil dan membahas line by line dari diskusi yang dilakukan pada meeting yang menjadi referensi tersebut,” kata Sandiaga saat Weekly Press Briefing, Senin (2/8/2021).

Baca juga: 3 Aktivitas Seru Wisata ke Pulau Komodo dan Sekitarnya

Ia menambahkan, kabar yang berkembang kemungkinan sedikit berbeda dengan apa yang menjadi catatan pihaknya terhadap meeting UNESCO.

“Bagi kami tentunya fokus daripada Labuan Bajo dan lima destinasi super prioritas (DSP) ini adalah menghadirkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan lingkungan. Jadi apapun yang akan kita lakukan di Labuan Bajo itu harus berdasarkan kajian dari dampak pada lingkungan hidup,” ujarnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+