Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Insight Kompas
Kelindan arsip, data, analisis, dan peristiwa

Arsip Kompas berkelindan dengan olah data, analisis, dan atau peristiwa kenyataan hari ini membangun sebuah cerita. Masa lalu dan masa kini tak pernah benar-benar terputus. Ikhtiar Kompas.com menyongsong masa depan berbekal catatan hingga hari ini, termasuk dari kekayaan Arsip Kompas.

Legenda Dewi Sri: Simbol Kesuburan, Kehidupan, sekaligus Penderitaan

Kompas.com - 04/08/2021, 18:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DEWI SRI. Dia punya banyak nama dalam keyakinan dan tradisi di Nusantara. Namun, legenda tentang Dewi Sri sering dilekatkan pada mitos pertanian saja, terutama padi.

Padahal, Dewi Sri punya akar pada keyakinan dan muncul pula dalam banyak tradisi selain pertanian. Dia menjadi simbol dalam banyak perspektif, sekalipun bisa jadi saling bersilangan pula. 

Kerajinan gerabah Kasongan yang masih ada sampai sekarang pun ternyata ada kaitan dengan sosok Dewi Sri. Struktur rumah tradisional Jawa dan rangkaian acara perkawinan tradisional pun ternyata begitu. 

Baca juga: Patung Loro Blonyo, Legenda Cinta Raden Sadana dan Dewi Sri Sang Dewi Padi

Tulisan ini merupakan pembuka alias yang pertama dari lima tulisan tentang legenda Dewi Sri di Nusantara.

Silang budaya dan agama..

Gösta Liebert, dalam Iconographic dictionary of the Indian religions: Hinduism, Buddhism, Jainism terbitan Cambridge University Press, menyebut bahwa kata Sri berasal dari bahasa sansekerta.

Arti kata itu adalah kesuburan (prosperity), kekayaan (welfare), keberuntungan (good fortune), kesehatan (health), keindahan (beauty), dan personifikasi (personification).

Kamus Merriam Webster memberikan pula arti untuk kata ini secara harfiah adalah keindahan, keagungan—menggunakan pendekatan sejarah dan etimologi. Ini cenderung merujuk pada penggunaan kata tersebut sebagai sebutan penghormatan.

Di Indonesia, Dewi Sri dihubungkan dengan mitos asal-muasal tumbuhan, terutama padi. Temuan naskah tertua di Indonesia yang memuat soal Dewi Sri adalah Teks Tantu Panggelaran.

Tantu Panggelaran merupakan karya sastra Jawa dalam bahasa Jawa-Tengahan, yaitu bahasa di antara bahasa Jawa kuno dan bahasa Jawa sekarang. Diperkirakan, ini dibuat di era Majapahit.

Kisah Dewi Sri di Nusantara dan Teks Tantu Penggelaran antara lain dimuat di buku Nusa Jawa: Silang Budaya - Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris karya Denys Lombard. 

Dua seri buku Nusa Jawa: Silang Budaya karya Denys Lombard yang memuat tentang Teks Tantu Panggelaran. Adapun paparan tentang pengkultusan Dewi Padi yang kemudian diasosiasikan dengan Dewi Sri ada pada buku ketiga seri Nusa Jawa tersebut. KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Dua seri buku Nusa Jawa: Silang Budaya karya Denys Lombard yang memuat tentang Teks Tantu Panggelaran. Adapun paparan tentang pengkultusan Dewi Padi yang kemudian diasosiasikan dengan Dewi Sri ada pada buku ketiga seri Nusa Jawa tersebut.

Lombard menyebut, sosok mitologi Dewi Sri berasal dari India. Namun, penghormatan atas Dewi Padi yang di Nusantara diasosiasikan pula dengan Dewi Sri menyebar luas bahkan di wilayah-wilayah yang diyakini tak ada jejak interaksi dengan pejalan dari India. 

Baca juga: Cerita Mitos (Mite) dan Contohnya

Bicara India, bicara pula soal agama Hindu, termasuk tentang Dewi Sri ini. Dalam ajaran Hindu, Dewi Sri adalah istri Dewa Wisnu. Namanya Dewi Laksmi, yang kemudian muncul pula penggabungan nama menjadi Dewi Sri Laksmi.

Dewi Sri pun lekat dengan ajaran Buddha. Ini ditelusuri dari antara lain penggunaan nama lain sridevi yang merupakan personifikasi dari dharmapala, dewi pelindung dalam ajaran Dalai Lama di agama Buddha sekte Lama. 

Namun, dalam perkembangan tradisi dan mitologi di Indonesia, legenda Dewi Sri tidak lagi sepenuhnya mengakar pada ajaran agama Hindu dan Buddha.

Ini sekaligus menjelaskan pula sejumlah temuan perbedaan wujud Dewi Sri dalam arca yang diperkirakan dibuat di era Hindu, Hindu-Buddha, dan sesudahnya.

Bahkan, penggambaran Dewi Sri di Indonesia dan di India—negara yang diyakini sebagai asal agama Hindu dan mayoritas penduduknya beragama Hindu—pun disebut berbeda.

Pembahasan mengenai perbedaan simbolisasi Dewi Sri dalam ajaran agama Hindu, Hindu-Buddha, dan tradisi di Nusantara antara lain dikupas dalam riset Titi Surti Nastiti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Berjudul Dewi Sri dalam Kepercayaan Masyarakat Indonesia, riset tersebut dipublikasikan pada 26 Juni 2020 di jurnal Tumotowa Volume 3 Nomor 1, Juni 2020.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com