Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Pencucian Keris Saat Bulan Suro pada Masyarakat Jawa

Kompas.com - 09/08/2021, 16:09 WIB
Nabilla Ramadhian,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com – Tradisi mencuci benda pusaka, disebut jamasan pusaka dalam bahasa Jawa, adalah salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh pihak keraton seperti Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta.

Ritual mencuci benda pusaka ini selalu dilakukan bertepatan dengan masuknya bulan Suro dan menjadi tradisi Jawa.

Sekretaris Tepas Museum Keraton Yogyakarta RA Siti Amieroel N mengatakan, ritual jamasan pusaka selalu dilakukan oleh Keraton pada saat memasuki tahun baru Jawa.

Baca juga: Bregodo Jogo, Prajurit Keraton Yogyakarta Sejak Hamengkubowono I

“Mencuci pusaka itu dilakukan bukan pas Satu Suro-nya, tapi pas bulan Suro. Maksudnya kan awal tahun, jadi diharapkan tahun yang akan datang itu kan menjadi lebih baik,” kata dia kepada Kompas.com saat dihubungi pada Kamis (20/8/2020).

Adapun ritual mencuci benda pusaka ini dikatakan memiliki makna tersendiri, yaitu agar seseorang dapat membersihkan dirinya dalam menyambut masa yang akan datang.

Baca juga: Melihat Tahapan Jamasan, Proses Pembersihan Keris pada Malam 1 Suro

Amie melanjutkan, ritual tersebut tidak bisa dilihat oleh masyarakat umum. Sebab, ritual dilakukan secara tertutup oleh pihak Keraton.

Benda pusaka yang sakral

Berbagai macam keris di Museum Pusaka TMII Jakarta.KOMPAS.com/Kristianto Purnomo Berbagai macam keris di Museum Pusaka TMII Jakarta.

Pencucian benda pusaka atau jamasan pusaka merupakan ritual yang dilakukan oleh pihak keraton setiap bulan Suro.

Hal tersebut dilakukan lantaran benda pusaka, termasuk keris, dianggap sakral sehingga perlu dipelihara dan dirawat.

Menurut Amie, orang Jawa melihat benda pusaka sebagai visualisasi dari laki-laki yang artinya imam atau pemimpin.

Baca juga: Pura Mangkunegaran, Keasrian Sejarah di Tengah Kota Solo

“Salah satu visualisasi itu adalah keris atau pusaka. Kalau pusakanya itu terawat dengan baik, tentu dia akan berakhlak baik. Kalau pusakanya tidak pernah dirawat, tentu sebaliknya,” ujarnya.

Selain itu, benda pusaka juga dapat diartikan sebagai penggambaran diri seseorang. Alhasil, benda pusaka harus selalu dirawat dengan cara dicuci setiap pergantian tahun.

Baca juga: Mengapa di Masyarakat Jawa Ada Ritual Mencuci Benda Pusaka Saat Bulan Suro?

Sementara itu, Abdi Dalem Bagian Pariwisata dan Museum Pura Mangkunegaran, Joko Pramudya, mengatakan bahwa jamasan pusaka di Pura Mangkunegaran merupakan tradisi merawat atau memetri warisan dari para leluhur.

Menurutnya, pusaka mengandung banyak makna karena merupakan buah hasil karya cipta yang memiliki falsafah kehidupan, kearifan, sumber inspirasi, dan motivasi kehidupan.

“Ini sudah turun-temurun dilakukan. Benda pusaka itu dipelihara dengan cara dijamasi atau dicuci, dibersihkan. Jadi memang itu sudah sebagai perlambang keyakinan kami,” jelas dia kepada Kompas.com, Kamis (20/8/2020).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com