KOMPAS.com – Tahun ini, perayaan Satu Suro jatuh pada 10 Agustus 2021, meski hari libur nasionalnya digeser menjadi 11 Agustus.
Dalam merayakan pergantian Tahun Baru Jawa atau Tahun Baru Islam ini, biasanya masyarakat Jawa melakukan sejumlah ritual dan tradisi pada malam hari sebelumnya.
Melansir Kompas.com, Sabtu (31/8/2019), di Kota Surakarta terdapat tradisi Kirab Kebo Bule. Beberapa ekor kebo bule yang merupakan pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat akan diarak keliling kota.
Baca juga: Tradisi Perayaan Satu Suro di Pura Mangkunegaran Surakarta
Sebagian masyarakat Surakarta dikatakan percaya bahwa kerbau-kerbau tersebut merupakan turunan dari Kebo Bule Kiai Slamet yang dianggap keramat.
Kendati demikian, bagaimana awal mula dan sejarah terjadinya perayaan malam satu suro atau malam Tahun Baru Hijriah?
Menurut Harian Kompas, Kamis (4/3/1971), penetapan satu suro sebagai Tahun Baru Jawa telah dilakukan sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma atau yang dikenal sebagai Sultan Agung.
Ia merupakan Sultan Kerajaan Mataram Islam pada 1613-1645 dan mendapat gelar Wali Radja Mataram dari para ulama.
Adapun, penyematan gelar tersebut dilakukan karena dia berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam tanpa menghapus tradisi Jawa.
Pada 1633 Masehi, atau pada tahun Jawa 1555, Sultan Agung mengadakan selametan secara besar-besaran. Dalam pesta tersebut, dia juga menetapkan Satu Suro sebagai tanda Tahun Baru Jawa.
Baca juga: Pura Mangkunegaran Kembali Tiadakan Kirab Pusakadalem Tahun 2021
Namun, keputusan tersebut diambil setelah dilakukan perpaduan kalender Hijriah dan kalender Jawa.
Dalam pemberitaan Kompas.com, Senin (10/9/2018), keputusan juga diambil dengan memadukan sistem penanggalan Islam, Hindu, dan sedikit pengaruh penanggalan Julian dari Barat.
Setelah mengambil keputusan tersebut, Sultan Agung dari Kerajaan Mataram mengeluarkan sebuah dekrit.
Baca juga: Ritual Pencucian Keris Saat Bulan Suro pada Masyarakat Jawa
Dekrit tersebut menyatakan, adanya penggantian penanggalan Saka yang berbasis putaran matahari dengan kalender Qamariah yang berbasis putaran bulan.
Adanya perubahan tersebut membuat setiap angka tahun Jawa diteruskan dan berkesinambungan dengan tahun Saka.
Adapun menurut informasi dalam Belajar.kemdikbud.go.id, penetapan 1 Muharam sebagai awal kalender Islam telah dilakukan sejak zaman Khalifah Umar bin Khatab.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.